REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Nobel perdamaian tahun ini jatuh kepada Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW). Yaitu sebuah lembaga yang mengawasi pemusnahan senjata kimia Suriah.
Komite Nobel mengatakan penghargaan itu diberikan untuk kerja OPCW yang luas untuk memusnahkan senjata kimia. OPCW yang berbasis di Hague dibentuk untuk melaksanakan Konvensi Senjata Kimia 1997.
Direktur OPCW, Ahmet Uzumcu mengatakan, penghargaan itu merupakan kehormatan besar dan akan memicu kerja mereka. OPCW baru-baru ini mengirimkan pengawasnya untuk mengawasi pemusnahan persediaan senjata kimia Suriah.
Ini merupakan pertama kalinya pengawas OPCW bekerja di wilayah perang aktif. Lembaga pengawas itu mendapatkan medali emas dan uang senilai 1,25 juta dolar AS dari hadiah nobel. Pengumuman pemenang nobel perdamaian diberikan pada Jumat (11/10) oleh komite nobel yang berbasis di Swedia.
Dalam laporan BBC, ada 259 nominasi untuk hadiah nobel perdamaian tahun ini. Tetapi, daftar itu dirahasiakan. Aktivis pendidikan asal Pakistan, Malala Yousafzai dan dokter Denis Mukwege dari Kongo menjadi favorit untuk pemenang nobel tahun ini.
Nama lain yang difavoritkan adalah Chelsea Manning, tentara AS yang membocorkan dokumen ke Wikileaks dan Maggie Gobran, seorang ahli komputer Mesir. Uni Eropa memenangkan penghargaan nobel perdamaian pada 2012 untuk kontribusinya pada perdamaian dan rekonsiliasi, demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Eropa.
Pemenang nobel perdamaian lainnya adalah Nelson Mandela, pahlawan anti-apartheid, Presiden AS Barack Obama, Dalai Lama, dan oposisi Burma Aung San Suu kyi.
Komite Nobel pernah secara terbuka mengaku menyesal tidak pernah memberi hadiah nobel perdamaian kepada Mahatma Gandhi, pemimpin gerakan nasionalis India melawan kekuasaan Inggris. Padahal, dia sudah dinominasikan lima kali.