Sabtu 12 Oct 2013 11:03 WIB

AS Desak IMF Nilai Kurs Mata Uang

Dana Moneter Internasional (IMF)
Foto: www.topnews.in
Dana Moneter Internasional (IMF)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mendesak Dana Moneter Internasional (IMF) pada Jumat (11/10) untuk menilai nilai tukar (kurs) dan intervensi pemerintah di pasar valuta, menunjuk ke kontrol Cina terhadap yuan.

Menteri Keuangan AS Jack Lew mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada dewan pengarah IMF, Komite Moneter dan Keuangan International, bahwa pertumbuhan dunia masih tertahan oleh ekspansi permintaan domestik yang tak mencukupi di negara-negara yang berjalan dengan surplus perdagangan dan modal kuat.

"Tidaklah cukup untuk pertumbuhan permintaan domestik meningkat di negara-negara surplus. Sebaliknya, pertumbuhan permintaan domestik harus melebihi pertumbuhan PDB," katanya.

Lew mengatakan salah satu masalah yang berkaitan dalam meningkatkan konsumsi domestik di negara-negara surplus, terutama salah satunya Cina, adalah bergerak menuju nilai tukar yang ditentukan pasar. Dia mengatakan, prioritas utama dari IMF harus menilai kemajuan anggota kelompok ekonomi utama G20 ke arah komitmen mereka untuk nilai tukar yang ditentukan pasar.

"Kami mendorong semua anggota IMF untuk bersikap transparan dengan mematuhi komposisi intervensi dan cadangan valuta asing," katanya, seperti dilansir dari AFP, Sabtu (12/10).

Cina secara khusus, katanya, perlu "upaya lebih lanjut" untuk beralih ke pertumbuhan konsumsi domestik yang lebih tinggi dan mengurangi ketergantungan pada pertumbuhan yang dipicu ekspor. Itu termasuk, kata dia, bergerak lebih cepat menuju sebuah nilai tukar yang ditentukan pasar.

"Efisiensi penurunan kredit dan investasi menunjukkan bahwa Cina perlu beralih ke model pertumbuhan baru. Kemajuan lebih lanjut dalam menyeimbangkan pertumbuhan terhadap konsumsi bisa membantu mengurangi penumpukan risiko terhadap sektor keuangan," lanjutnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement