REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fitron Nur Ikhsan, juru bicara keluarga Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, tidak menampik bila dukungan dari para jawara di Banten menjadi penentu kemenangan Atut dan keluarganya dalam pemilukada.
Sokongan penuh dari pelaku seni budaya Banten tersebut membuat dukungan terhadap Atut tak pernah surut. Menurut Fitron, dukungan dari para jawara dimulai sejak almarhum ayah Atut, Tubagus Chasan Sochib menjadi tokoh terpandang di Banten. Chasan pada 1966 mendirikan perusahaan yang berkembang pesat menjadi PT Ciomas Raya. Sejak 1970, perusahaan tersebut mendapatkan proyek bernilai ratusan juta rupiah.
Chasan yang sukses sebagai pengusaha, ternyata memiliki ketertarikan sangat tinggi dengan budaya lokal Banten. Chasan diceritakan Fitron sangat menggemari pencak silat, jaipong, dan debus. Setiap pesta, dan acara kerakyatan, ia selalu menghadirkan seni-seni tradisional Banten yang diketuai jagoannya masing-masing. Jagoan itulah yang lebih dikenal dengan sebutan jawara.
"Seni budaya lokal ini oleh orang tuanya Bu Atut dilestarikan, dipelihara mulai dari tingkatan paling bawah di desa-desa. Akhirnya, kumpulan pelaku seni yang dikepalai jawara tersebut mempunyai 'grassroot'," kata Fitron dalam diskusi di Warug Daun, Jakarta, Sabtu (12/10).
Rasa hormat dan penghargaan terhadap keluarga besar yang datang dari seluruh jawara di penjuru Banten, lanjut Fitron, tidak pernah diduga akan bermanfaat pada pelaksanaan pemilukada langsung. Karena kekuatan akar rumput dari para jawara dan kelompok-kelompoknya telah diorganisasikan secara teratur di setiap tingkatan. Kekuatan itulah yang akhirnya secara tidak langsung menjadi penyokong keberhasilan keluarga Atut dalam berpolitik.
"Waktu pemilihan kepala daerah dipilih DPRD, Bu Atut pernah dicalonkan sebagai wakil gubernur oleh PPP. Tetapi beliau kalah, tapi ketika pemilukada langsung beliau menang," ungkap Fitron.