REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menyindir secara tersirat dinasti politik Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, dinilai sebagai upaya memarjinalkan Partai Golkar.
Upaya menyudutkan Partai Golkar juga terlihat sebelumnya saat SBY memberikan pernyataan dadakan tentang penangkapan Ketua Mahkamah Konstitusi nonaktif, Akil Mochtar yang juga pernah menjadi kader Golkar.
Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan DPP Partai Golkar, Indra Jaya Piliang mengatakan, upaya menyudutkan Golkar bisa dibaca saat SBY memberikan pidato dan mengumpulkan kepala-kepala lembaga negara di istana usai penangkapan Akil. Kepala-kepala lembaga negara yang dikumpulkan, tidak satu pun berasal dari Partai Golkar.
"Kemudian dari bahasa tubuh, komunikasi yang dilakukan, kegeraman yang disampaikan itu terlihat sekali bahwa Golkar menjadi sasaran," kata Indra usai diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (12/10).
Beberapa hari berselang, SBY kembali mengeluarkan pernyataan tentang dinasti politik yang dilakukan kepala daerah. Sindiran SBY, kata Indra, semakin menguatkan upaya marjinalisasi terhadap Golkar. Sebab, pernyataan tersebut disampaikan tidak lama setelah adik Gubernur Atut ditangkap KPK.
"Saya melihatnya itu pernyataan sebagai ketum Partai Demokrat, bukan pernyataan seorang presiden. Artinya ada upaya untuk memanfaatkan, mengumbar kekuasaan untuk kepentingan Partai Demokrat dan upaya untuk menaikan elektabilitas," ungkapnya.