Ahad 13 Oct 2013 18:34 WIB

Warga Perbatasan Kalbar Pilih Sekolahkan Anak di Malaysia

Warga di daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia.
Foto: ANTARA FOTO
Warga di daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK--Sebagian warga perbatasan Indonesia-Malaysia di wilayah Kalimantan Barat masih memilih menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Malaysia. Pertimbangan utama adalah biaya pendidikan yang murah dan prospek ke depan.

Seorang warga Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar, Rosmini (45), Ahad (13/10) mengatakan, dua anaknya kini bersekolah di Sarawak, Malaysia Timur.

Sekolah di Malaysia gratis. Murid pun justru mendapat uang saku 300 ringgit Malaysia per bulan yang diberikan tiap tiga bulan. "Mereka juga tinggal di asrama, makan dan perlengkapan sekolah semua disediakan," kata Rosmini yang sehari-hari bekerja di perkebunan sawit di daerahnya.

Ia menambahkan, ketika anak berusia 15 tahun, maka akan ada kartu tanda penduduk (KTP) Malaysia. Jika siswa sudah tamat sekolah lanjutan atas ia dapat bekerja di Malaysia.

Tak semua seperti Rosmini. Guru SD Negeri 04 Merakai Panjang, Kecamatan Puring Kencana, Lambertus (48) mengaku tetap menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Putussibau (ibu kota kabupaten).

Ia tidak tertarik menyekolahkan anak-anaknya di Malaysia,karena khawatir anak-anak itu tidak terurus. Puring Kencana adalah kecamatan terujung dari Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan ini berjarak sekitar 15 kilometer dari Sarawak, Malaysia Timur. Jarak tempuhnya sekitar 1,5 jam dengan berjalan kaki.

Sementara itu, jumlah murid SMPN I, Kecamatan Puring Kencana, saat ini hanya berjumlah 13 orang. Kebanyakan anak-anak setempat bersekolah di Malaysia.

Menurut Lambertus,agar anak Indonesia bisa sekolah di Sarawak yakni, orang tua anak tersebut mesti memiliki keluarga di Malaysia. Keluarga di sana di sanalah yang menguruskan surah peranakan di rumah sakit atau bilik beranak di Malaysia.

Maka anak warga Indonesia harus disertai dokumen seolah-olah adalah anak keluarga Malaysia. Hal itu dibuktikan dengan surat lahir atau surat peranakan dari bidan Malaysia. Alhasil, imbuhnya, praktik merekayasa surat pun menjadi biasa.

Begitu sudah memiliki surat tersebut, anak tersebut baru bisa diterima di sekolah Malaysia. Itu berarti pula otomatis si bocah Indonesia menjadi warga Malaysia dan anak keluarga Malaysia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement