REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Penjualan arang dan tusuk sate di Bandarlampung meningkat, namun pasokan dari pedagang menurun akibat cuaca hujan beberapa waktu lalu yang menghambat proses pengeringan.
"Harga arang saat ini berada sekitar Rp 5.000 per dua bungkus untuk ukuran sedang, ada kenaikan harga namun hanya Rp 1.000," kata Rodiah pedagang arang, di Bandarlampung, Senin (14/10).
Dia mengatakan, kenaikan ini karena proses pengeringan yang terlalu lama, sehingga membuat pembuat arang mengalami kerugian dan untuk menutupi hal tersebut mereka menaikan harga jual ke para pengecer.
Ia melanjutkan, biasanya para pengrajin langsung mengirimkan arang kepada para pengecer. Sehingga setiap pedagang pun bebas menentukan harga jual.
"Menjelang Idul Adha 1434 Hijriah permintaan arang meningkat tiga kali lipat, meskipun barangnya saat ini hanya sedikit," katanya.
Keuntungan yang didapat menurutnya, saat ini mencapai 30 persen, biasanya hanya mendapatkan keuntungan sedikit, karena saat ini warga jarang membeli arang.
Hal senada diungkapkan pedagang tusuk sate yang meraup untung lebih menjelang Hari Raya Kurban.
"Penjualan tusuk sate meningkat sejak pagi hari hingga sore," kata Radi pedagang di Pasar SMEP.
Dia mengatakan, selain membeli arang warga banyak pula yang membeli tusuk sate untuk
membakar daging sapi maupun kambing.
Tusuk sate dijual dengan harga Rp 15.000-Rp 25.000 tergantung ukurannya. Warga biasanya, membeli dua gulung dengan ukuran yang besar, karena tidak mudah patah. Sedang yang kecil biasanya mudah patah jika ditusukkan ke daging kambing.
Sejumlah warga membeli arang dan tusuk sate, untuk membakar daging kambing saat Hari Raya Kurban.
"Sudah menjadi tradisi jika lebaran harus membuat sate kambing atau sapi," ungkap Robin. Hal tersebut, dilakukannya bersama keluarga dekat atau kawan-kawan yang ada di lingkungan rumah.