REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Mantan pemimpin Palestina, Yasser Arafat kemungkinan mati dibunuh dengan zat racun. Hal ini setelah ahli radiasi Swiss mengatakan jejak polonium-210 ditemukan di baju yang dipakai Yasser Arafat.
Keberadaan zat radioaktif tersebut dilaporkan pertama kali pada tahun lalu. Hal itu memunculkan keputusan untuk menggali kembali mayat Arafat di Ramallah pada November.
Rincian dari penelitian itu kini dipublikasikan di jurnal Lancet. Mereka mengatakan ada 38 barang yang dimiliki Arafat termasuk baju dalam dan sikat gigi. Barang tersebut dianilisi dan didapatkan jejak zat yang mendukung kemungkinan Arafat diracun dengan polonium-210.
Pemimin Organisasi Pembebasan Palestina tersebut meninggal secara misterius di Paris setelah sakit sebentar. Hal itu menimbulkan kecurigaan dia mati diracun.
Otoritas Prancis memperkirakan dia meninggal karena stroke tiba-tiba yang menyebabkan berhentinya aliran darah. Janda Arafat, Suha, yang tinggal di Paris, mulai mengajukan tindakan hukum Juni tahun lalu.
Dia mengklaim suaminya yang meninggal di rumah sakit militer Prancis pada 2004 diracun dengan polonium-210, zat yang sama untuk membunuh mata-mara Rusia, Alexander Litvinenko di London pada 2006.
Dalam laporan yang dilansir Huffingtonpost, Selasa (15/10), ahli Swiss menemukan zat radioaktif tingkat tinggi pada barang milik Arafat. Warga Palestina awalnya yakin Arafat dibunuh atas perintah Ariel Sharon.
Israel membantah pembunuhan Arafat dan meminta pemimpin Palestina untuk mengeluarkan rekaman medis.