REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Hubungan Mesir dan Amerika Serikat kian merenggang pascapembatalan beberapa bantuan militer sebagai respon kudeta militer pada 3 Juli lalu.
"Kami sekarang dalam fase tipis merefleksikan masalah dalam hubungan dan siapapun yang mengatakan sebaliknya itu tidak berbicara jujur," ujar Menteri Luar Negeri Mesir, Nabil Fahmy dikutip Al-Jazeera, Kamis (17/10).
Fahmy berkata, Washington telah salah berasumsi, keputusannya pada 10 Oktober lalu untuk membatalkan pengiriman sebagian besar bantuan militer berupa barang dana sebesar 260 juta dolar AS, akan mempengaruhi kebijakan pemerintah sementara Mesir.
Ia menyalahkan rezim mantan presiden Husni Bubarak yang dianggapnya terlalu bergantung pada bantuan militer AS. "Kami memiliki opsi mudah dan tidak memperluas pilihan," ujarnya.
Namun, dikatakan Fahmy, ketegangan hubungan dengan AS bisa menjadi hal positif. Hal itu bisa menjadi kesempatan untuk mengevaluasi kembali hubungan keduanya di masa depan. "Saya tidak terlalu khawatir dengan hubungan selanjutnya," ujar Fahmy.