REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perbankan negara-negara ASEAN dan Cina sepakat untuk meningkatkan kerja sama di berbagai sektor keuangan guna mempererat hubungan utamanya dalam bidang investasi dan perdagangan. Hal itu mengemuka dalam pertemuan ketiga Asosiasi Inter Bank China-ASEAN (China-ASEAN Inter-Bank Association/CAIBA) di Beijing, 16-17 Oktober 2013.
Ketua Bank Pembangunan Cina Hu Huaibang mengatakan Cina dan ASEAN telah lama menjadi tetangga, teman dan mitra yang baik di berbagai bidang, termasuk di bidang perbankan. "Kedua pihak saling membutuhkan satu sama lain dan berupaya membangun kerja sama mewujudkan keamanan dan kemakmuran bersama. Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Cina yang begitu pesat telah menjadi peluang pula bagi pembangunan serta pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN," tuturnya.
Terlebih lagi Cina dan ASEAN telah menyepakati zona perdagangan bebas kedua pihak yakni CAFTA, yang merupakan zona perdagangan bebas terbesar di dunia dengan populasi serta ragam komoditi yang melimpah. "Termasuk ASEAN dan Cina juga telah menyepakati peningkatan investasi dan volume perdagangan hingga satu triliun dolar AS pada 2020. Ini tentu menuntut kerja sama perbankan yang semakin baik untuk mendukung target tersebut," kata Hu Huaibang.
Ia menambahkan ASEAN dan Cina kini tengah memasuki tahapan baru yang semakin krusial sesuai dinamika regional dan global di segala bidang, termasuk ekonomi. Karena itu perlu ada peningkatan kerja sama perbankan beserta seluruh pemangku kepentingan, termasuk pengusaha untuk memfokuskan pembangunan ekonomi antara kedua pihak, bagi kepentingan kedua pihak atas persamaan dan saling menguntungkan. "Pembangunan ekonomi yang solid antara kedua pihak juga mampu memicu pembangunan ekonomi kawasan," tutur Hu Huaibang.
Direktur Treasury, Financial institutions and Special Asset Management Bank Mandiri Royke Tumilaar yang mewakili perbankan Indonesia mengatakan banyak kerja sama yang dapat dilakukan antara perbankan Cina dan ASEAN, antara lain pembiayaan bagi pembangunan infrastruktur, agrikultur, telekomunikasi dan lainnya. "Selain itu, kami juga sepakat untuk melakukan pendidikan dan pelatihan, pertukaran pejabat perbankan kedua pihak, sehingga dapat saling menjajaki skema kerja sama yang dapat dilakukan antara perbankan Cina dan perbanka masing-masing negara ASEAN," ujarnya.
Royke menambahkan, bagaimana pun Cina memiliki keunggulan dibandingkan ASEAN yang masih mengalami kesenjangan pembangunan antara negara ASEAN satu dengan lainnya. "Kita bisa belajar banyak dari Cina, dan kita juga dapat merumuskan beberapa skema kerja sama dengan Cina untuk pembiayaan sejumlah proyek seperti infrastruktur, agrikultur telekomunikasi dan sebagainya," kata dia.