REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan tanaman hortikultura dalam 25 tahun terakhir lebih tinggi dari tanaman pangan. Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi dan perubahan pola konsumsi.
Ketua I Asosiasi Bunga Indonesia, Deddy Hadinata mengatakan pertumbuhan paling tinggi terjadi pada produk bernilai tinggi seperti sayur hidroponik dan bunga subtropis. Pada 1990-1995, konsumsi buah perorang mencapai 30 sampai 35 kilogram per tahun, pada 2000-2009 sekitar 40 hingga 45 kilogram per tahun dan pada 2010-2013 mencapai 50-55 kilogram per tahun. "Perubahan pola konsumsi misalnya seperti konsumsi lewat supermarket dan horeka meningkat, terutama di pasar tradisional menurun, terutama di lokasi urban," ujarnya, Kamis (17/10).
Direktur Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian, Sri Wijayanti Yusuf mengatakan pada 2011 total produksi buah dan sayur Indonesia masing-masing mencapai 18,82 juta ton dan 10,10 juta ton. Produksi buah Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Sementara produksi sayuran tertinggi di Asia Tenggara dipegang Vietnam dengan 10,3 juta ton.
Pada 2012, ekspor buah Indonesia 232 ribu ton, sayur 200 ribu ton, tanaman obat 4.600 ton, dan florikultura 10 ribu ton. Sementara itu impor buah Indonesia 914 ribu ton, sayur 1,26 juta ton, tanaman obat 30 ribu ton dan florikultura 16 ribu ton. "Kalau industri hortikultura Indonesia diam saja, maka jumlah impor bisa semakin meningkat," ucapnya.
Pemerintah, kata Sri, terus berupaya dalam mengembangkan industri hortikultura tanah air diantaranya melalui aspek penganggaran. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan pada Direktorat Jenderal Hortikultura dalam rangka pemberdayaan petani hortikultura selama periode 2009 hingga 2013 sebesar Rp 2,66 triliun atau rata-rata Rp 533,7 miliar pertahun.
Kemudian ada pula aspek pelayanan langsung yang disediakan untuk mengembangkan hortikultura, diantaranya melalui fasilitas pengembangan kawasan, perbenihan dan perlindungan hortikultura, perijinan perbenihan hortikultura, perijinan pemasukan dan pengeluaran produk hortikultura serta konsultasi investasi di bidang hortikultura.
Sri mengatakan industri hortikultura Indonesia berpeluang untuk maju. "Ini terlihat dari beberapa indikasi yaitu peningkatan volume dan nilai ekspor, peralihan varietas yang lebih diinginkan daripada yang sudah berlangsung, pengendalian penggunaan zat kimia, masuknya investor hortikultura serta peningkatan produksi dan mutu hortikultura unggul," ucapnya.
Beberapa tantangan investasi dan iklim usaha hortikultura antara lain alih fungsi lahan, sentra produksi hortikultura yang jauh dengan sentra konsumen, menurunnya gairah pelaku usaha hortikultura, tuntutan konsumsi terhadap kualitas, kontinuitas dan kuantitas semakin ketat dan adanya pasar bebas pada 2015.