Ahad 20 Oct 2013 20:11 WIB

Anwar Ibrahim Kecewa dengan Respons Australia

Red:
Anwar Ibrahim
Anwar Ibrahim

ADELAIDE -- Belasan Mahasiswa Malaysia menggelar unjuk rasa memprotes ancaman pemerintah Malaysia diluar tempat Anwar Ibrahim berceramah di Festival Ide di Adelaide.

Anwar Ibrahim, yang selama beberapa dekade mengkampanyekan demokrasi dan kepastian hukum, akhirnya berbicara di Festival Ide Adelaide.

Awal pekan ini, sekitar 90 orang mahasiswa penerima beasiswa dari pemerintah Malaysia menerima email dari konsulat Malaysia yang  memperingatkan mereka untuk tidak menghadiri ceramah Anwar Ibrahim.

Mereka diberitahu  menghadiri ceramah Anwar Ibrahim dapat mengganggu beasiswa mereka.

Mahasiswa yang berunjuk rasa menggunakan topeng dan memegang poster yang mengatakan mereka tidak akan diam terhadap pemerintah.

Ibrahim menyambut mahasiswa yang berunjuk rasa ketika tiba di festival dan memberikan selamat atas sikap mereka.

Ibrahim mengatakan dia kecewa dan jijik dengan respon pemerintah Australia  terhadap ancaman tersebut.

Kemarin, Kementrian Luar Negeri dan Perdagangan hanya menyampaikan satu kalimat   terkait insiden ini dengan mengatakan semua mahasiswa di Australia  termasuk Mahasiswa Malaysia menikmati semua hak dan kebebasan yang dilindungi hukum di Australia.

Anwar dalam program AM di ABC mengatakan respon itu tidak cukup.

"Saya mengapresiasi respon yang diberikan pemerintah Australia, setidaknya Australia menampakan posisinya  yang saat ini diketahui oleh pemerintah dan Mahasiswa Malaysia,” katanya.

"Tapi  yang dibutuhkan adalah penegasan  dan indikasi kalau sikap pemerintah Malaysia itu salah, dibawah hukum Australia dan tradisi demokrasi, anda tidak bisa membiarkan atau mentolerir hal seperti ini.”

"Jika Australia gagal melakukan hal itu, akan terkesan membiarkan sikap seperti itu dan saya sangat kecewa  atas kegagalan pemerintah Australia  untuk paling tidak mengatakan “tolong,  hentikan instruksi ancaman seperti ini di Australia,” kritik Anwar kecewa.

Ibrahim mengatakan itulah pesan yang seharusnya disampaikan Menteri Luar Negeri Julie Bishop.

"Anda bicara soal mempromosikan demokrasi di Irak tapi anda sepertinya  membiarkan tindakan ancaman yang dilakukan pemerintah Malaysia kepada mahasiswanya, yang dilakukan didepan mata kalian sendiri,” tambahnya.

Ibrahim mendorong mahasiswa Malaysia di Australia untuk datang dan berbicara mengenai ancaman yang diberikan pemerintah Malaysia.

"Saya meminta mereka agar datang dalam jumlah banyak , dan kami akan mengangkat  masalah ini di parlemen dalam pertemuan pekan depan. Dan meminta parlemen mengungkap  insiden ini dan saya memastikan pemerintah Malaysia tidak akan berani menarik atau membatalkan beasiswa atau memulangkan mahasiswa yang hadir dalam pertemuan di Adelaide,” katanya.

Anggota Parlemen Independen, Nick Xenophon mengatakan respon  yang diberikan pemerintah Australia sangat kontras dengan respon yang diberikan Amerika Serikat ketika dikunjungi Anwar Ibrahim.

"Ini merupakan respon yang menyedihkan dan hanya akan semakin  mendorong perilaku premanisme dan paranoid dari pemerintah Malaysia, "katanya.

"Mahasiwa-mahasiswa ini  diintimidasi oleh pesan yang disampaikan pemerintah Malaysia. dan pemerintah Australia tidak memberikan respon apapun.

"Ini sangat  kontras dengan yang dilakukan Kementrian Luar Negeri AS ketika Anwar Ibrahim berbicara di Universitas Harvard dan Stanford.

"Pemerintah Malaysia melakukan cara ini kepada mahasiswa Malaysia di AS tapi Pemerintah AS kemudian melakukan intervensi dan mengatakan kepada pemerintah Malaysia kalau cara seperti  itu tidak dapat diterima.

"Pemerintah Australia kehilangan keberanian dalam kasus ini, dan sikap Kementrian Luar Negeri ini sangat memalukan,”

Xenophon mengatakan Anwar Ibrahim layak mendapatkan penghormatan dari pemerintah Australia dan Bishop seharusnya langsung menyikapi masalah ini.

Juru bicara Kemenlu Australia mengatakan Menteri Julie Bishop sedang beradai di luar negeri dan komentar yang diberikan sudah tepat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement