Ahad 20 Oct 2013 11:45 WIB

Pemuda Muhammadiyah: Segera Luruskan Isu Penjemputan Prof Subur

Saleh Daulay
Foto: PPI
Saleh Daulay

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ,Saleh Partaonan Daulay meminta agar polemik seputar isu penjemputan Prof Subur Budhisantoso oleh pihak Badan Intelejen Negara (BIN) segera diluruskan dan diselesaikan.

Selain membingungkan masyarakat, kata Saleh, isu itu bisa disalahtafsirkan. Pada akhirnya, imbuh dia, bisa menimbulkan fitnah dan saling curiga di kalangan masyarakat.

"Di media sosial saja sudah banyak yang komentar dengan nada tidak baik. Misalnya ada yg nulis 'hati-hati kasih info bung, nanti diciduk sama BIN'. Komentar seperti ini kan jelas-jelas menimbulkan kesan negatif kepada BIN,'' ujar Wakil Sekretaris Dewan Pakar ICMI Pusat itu kepada ROL, Ahad (20/10)

Menurut dia, klarifikasi tentang apa sesungguhnya yang terjadi tidak semestinya datang dari pihak BIN, istana, ataupun pantia dialog. Penjelasan ketiga pihak itu, kata Saleh, bias dan subjektif.

"Yang perlu memberikan pernyataan adalah Prof Subur Budhisantoso. Pasalnya, dialah orang yang paling mengetahui kebenaran tentang rumor tersebut," tutur saleh.

Mungkin saja Prof. Subur tidak mau memperpanjang kasus ini. Karena itu, dia merasa tidak perlu bicara. Namun dalam kasus ini, pernyataan dia dinilai paling pas untuk mengakhiri polemik yang ada. Bila didiamkan, dikhawatirkan akan muncul berbagai penafsiran terhadap cerita-cerita yang sudah tersebar luas tersebut.

Selain itu,  kata dia, Prof Subur juga perlu menjelaskan apakah betul menerima undangan panitia dialog dan apakah betul bersedia untuk hadir.  "Kalau betul bersedia, lalu apa yang mengganjal sehingga tidak jadi datang.  Penjelasan ini juga penting agar pihak panitia penyelenggara juga bisa terlindungi."

"Kalau kejadiannya tidak seperti yang dipublikasikan media, kasihan kepala BIN dan kasihan juga SBY dan pihak istana. Bagaimanapun, mereka pasti terganggu dengan beredarnya rumor ini," ucap Saleh.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement