Ahad 20 Oct 2013 11:51 WIB

Alhamdulillah, Produk Keuangan Syariah Mulai Dikenal di Amerika Serikat

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Heri Ruslan
Perbankan Syariah.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perbankan Syariah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Keuangan syariah telah menjadi kekuatan global signifikan selama beberapa dekade terakhir.

Beberapa produk keuangan syariah seperti tabungan dan investasi syariah bahkan menjadi lebih umum dan mulai dikenal di Amerika Serikat (AS).

Sebagai contoh, pada Juni lalu, produk pinjaman Goldman Sachsprovided dari perusahaan investasi syariah Bank Arcapita tidak mengenakan bunga. Pada Juli sebuah asosiasi perdagangan berbasis di AS, Dewan Serikat Kredit Dunia menerbitkan panduan manual yang menjelaskan kepada calon pemodal  bahwa prinsip syariah yang berasal dari Alquran dapat diterapkan pada sektor keuangan.

Reksa Dana Amana yang berbasis di Bellingham, Washington telah menginvestasikan lebih dari 3 miliar dolar AS sesuai syariah.

Keuangan syariah dilihat sebagai bagian gerakan lebih luas terhadap keberlanjutan ekonomi masyarakat. Keuangan syariah telah menetapkan konsep jelas dengan fokus pada hubungan antara risiko dan keuntungan serta tanggung jawab sosial lembaga keuangan dan individu.

Pembayaran atau penerimaan segala bentuk bunga (riba) secara tegas dilarang Alquran. Larangan ini dimaksudkan mencegah eksploitasi penggunaan uang serta berbagi keuntungan dan kerugian. Uang adalah alat tukar dan bukan aset yang tumbuh dari waktu ke waktu.

Islam juga melarang umatnya berurusan dengan alkohol, produk babi, tembakau dan pornografi. Premis dasar di bawah hukum syariah adalah tidak ada yang harus mendapatkan keuntungan murni dari uang dan menyebabkan pergeseran perspektif kedua belah. Keuangan syariah mendorong penciptaan nilai sosial dan berbagi risiko.

Konsep ini semakin berlanjut dan mulai diikuti rekan-rekan di dunia Barat. Namun belum bisa dipastikan apakah bank-bank yang terpuruk selama krisis keuangan benar-benar telah mengubah cara bisnisnya menjadi lebih bertanggung jawab dalam kegiatan investasi mereka.

Seperti dikutip dari The Guardian, kehadiran prinsip syariah di AS bukanlah tanpa kontroversi. Secara khusus, sejumlah profil tinggi hukum domestik dan kasus pengadilan telah memicu reaksi kuat di banyak negara. Keuangan syariah dikhawatirkan dapat menimbulkan risiko berbahaya dengan alasan uang yang dipercayakan kepada perusahaan-perusahaan akhirnya digunakan untuk membiayai terorisme.

Karena kekhawatiran ini, beberapa legislatif negara, termasuk Arizona, Oklahoma, Kansas, Louisiana, Carolina Utara, Dakota Selatan dan Tennessee sejak 2010 berusaha membatasi aplikasi prinsip syariah di wilayahnya.

Keuangan syariah menjadi pasar penting di Timur Tengah dan Asia. Amerika ingin bersaing dan sukses seperti dua kawasan tersebut. Populasi Muslim di AS terus tumbuh dan bisa menjadi mesin pertumbuhan keuangan syariah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement