Ahad 20 Oct 2013 13:23 WIB

KAMMI:Indonesia Sekarat, Saatnya Taubat

Rep: Maman Sudiaman/ Red: A.Syalaby Ichsan
Demo aktivis KAMMI
Foto: Antara
Demo aktivis KAMMI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan Mahasiswa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, aHAD 920/10)  menggelar Aksi di Bundaran HI.

Dalam aksinya mereka menyerukan Indonesia bertaubat. Seruan Indonesia taubat ini sebagai evaluasi terhadap 9 tahun kepemimpinan SBY sebagai Presiden Indonesia yang ternyata justru membawa Indonesia menjadi sekarat.

“Sembilan Tahun SBY dipenuhi oleh pengabaian dan penindasan terhadap hak-hak rakyat Indonesia” ujar Ketua Bidang kebijakan Publik KAMMI Arif Susanto seperti disiarkan dalam rilisnya yang diterima Republika.

Arif menambahkan SBY telah gagal mengemban kepercayaan besar dari rakyat Indonesia dengan membuat Indonesia terpuruk di banyak hal. Kedaulatan dan Ekonomi bangsa menjadi bidang yang terparah selain hukum, keamanan dan Pendidikan.

“Kita Rakyat Indonesia mesti sama-sama menyadari bahwa kita telah salah memilih presiden dan menyesali pilihan ini," imbuh Arif.

Dalam aksi yang digelar Car Free Day ini, KAMMI menggalang tanda tangan dukungan Gerakan Indonesia Taubat di Spanduk sepanjang 10 meter. Puluhan masyarakat antusias membubuhkan tandatangan di Spanduk yang bertuliskan 9 Tahun SBY: Indonesia Sekarat, Saatnya Taubat ini. 

Dalam Orasinya, Humas KAMMI Sitti Heliana menambahkan bahwa Gerakan Indonesia Taubat ini adalah gerakan membangun kesadaran kolektif kita rakyat Indonesia bahwa kita perlu menyadari kesalahan yang kita perbuat dengan memilih elit-elit politik yang korup sebagai pemimpin.

Dengan kesadaran ini, Heliana mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk tidak mengulangi kesalahan serupa di Pemilu 2014.

Bila seluruh rakyat Indonesia sadar, taubat dan memilih Pemimpin yang lebih baik pada 2014, maka kita memiliki harapan lebih besar agar Kedaulatan Bangsa yang terkoyak bisa bangkin kembali, Kesejahteraan bisa dinikmati seluruh rakyat, dan kita bisa unggul dalam era baru persaingan global di masa depan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement