REPUBLIKA.CO.ID, Sejatinya hingga Desember 2011, Arnoud Van Doorn adalah Wakil Ketua Partai Kebebasan di Dewan Kota Den Haag. Sebagian orang tentu tahu kalau Partai Kebebasan sangat resisten dengan kaum Imigran, khususnya muslim.
Namun, Maret 2013, bapak dua anak ini dikutip dari Amsterdam Herald, mengumumkan awal yang baru melalui media Twitter. Ia mengaku menjadi seorang Muslim dan sempat menuliskan dua kalimat syahadat melalui Twitter.
''Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,'' sesuai dengan salah satu rukun Islam.
Meski resmi sudah keluar, pria berusia 47 tahun ini tetap berada di dewan. Ia menjadi anggota Dewan Kota dengan status independen.
Awalnya Van Doorn enggan membahas alasan ia masuk Islam. Bahkan, ia mengerti sebagian orang memandang skeptis alasan dia. Seperti ingin mencari sensasi atau bahkan simpati.
Ia pun mengungkapkan hal itu dalam wawancara dia dengan stasiun Al Jazeera. Tapi, sebenarnya teman dekat dia mengetahui kalau ia aktif mencari tahun tentang Islam. Khususnya melalui Alquran, Hadist, Sunnah dan buku-buku lainnya.
Hal itu, ungkap dia berawal dari ketika mengunjungi sebuah masjid di kota kelahiran dia.Ia mengatakan mendengar banyak cerita negatif tentang Islam. Namun, ia bukan orang yang mengikuti atau mudah percaya pendapat orang. Ia memilih melakukan riset atau merasakan sendiri apakah itu benar.
Sehingga jika disebut alasan mengetahui Islam, jawaban awal dia adalah penasaran. Untungnya, ia bertemu dengan salah satu anggota Dewan Kota di Den Haag, Abu Khoulani. Khoulani mengajak dia ke mesjid untuk mendapat bimbingan lebih baik.
Ketika dibawa ke masjid, alih-alih warga di sana marah karena ia menjadi produser film Fitna, ia justru diterima dengan sangat hangat. Mulai dari situ ia pun belajar hingga memeluk agama Islam.
Ketika ditanya, apakah ia menyesal masuk dalam Partai Kebebasan, ia menganggap hal itu adalah bagian dari pengalaman dia. ''Namun dengan pengetahuan yang saya miliki saat ini, saya pasti akan membuat pilihan berbeda,'' tutur dia dikutip dari Twitter berdasarkan wawancara dengan Al Jazeera.