REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investasi di sektor kelautan dan perikanan memiliki prospek yang baik. Meskipun demikian, peningkatan realisasi investasi di sektor itu harus didukung oleh regulasi yang disederhanakan.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayatno mengatakan regulasi terkait perizinan investasi di bidang perikanan tangkap, pemprosesan dan pengolahan kerap menyulitkan dunia usaha untuk berinvestasi. "Ini harus dibenahi," ujar Yugi, Senin (21/10).
Yugi mencontohkan kemudahan investasi pada sektor ini di negara tetangga seperti Kamboja, Vietnam dan Thailand. Di negara-negara itu, dunia usaha diberikan keringanan, termasuk pada importasi peralatan. "Selain itu, infrastruktur di remote area juga disiapkan. Salah satu teman pengusaha di Pulau Seram (Maluku), harus menyiapkan sendiri jalan, listrik, dan lain-lain," ungkapnya.
Secara khusus, Yugi meminta pemerintah agar memperhatikan wilayah Indonesia Timur. Hal tersebut disebabkan potensi besar sektor kelautan dan perikanan yang dimilikinya. "Pemerintah pusat dan daerah harus dukung penuh. Jika infrastruktur baik, maka logistik pun akan baik dan tercipta efisiensi," kata Yugi.
Asisten Deputi Prasarana, Sarana Pangan dan Sumber Daya Hayati Kemenko Perekonomian Wiwik Dwisaksiwi membenarkan pentingnya infrastruktur dalam menopang investasi di sektor kelautan dan perikanan. Pemerintah dalam hal ini telah memiliki Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Di dalamnya termaktub koridor Indonesia Timur diharapkan dapat menjadi sumber pangan berbasis kelautan.
Wiwik menyebut infrastruktur terus dibangun dan tidak melulu hanya pembangunan jalan. "Ikan tanpa keberadaan cold storage tidak akan bisa bertahan lama. Dengan MP3EI, infrastruktur untuk menunjang kelautan diharapkan bisa meningkat," kata Wiwik.
Berdasarkan data Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) di sektor perikanan tangkap pada 2011 tercatat empat proyek. Sedangkan di sektor perikanan budidaya pada tahun yang sama tercatat 17 proyek dengan nilai investasi 8,3 juta dolar AS. Sementara realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor perikanan tangkap tercatat tiga proyek dan di sektor perikanan budidaya sebanyak satu proyek dengan nilai investasi 0,02 juta dolar AS.
Terkait investasi yang dilakukan rekan-rekan pengusaha Kadin, Yugi menyebut sebagian besar investasi dilakukan di wilayah Indonesia Timur. Nilai investasinya diperkirakan Rp 4,5 triliun dengan rincian di sektor perikanan tangkap sekitar Rp 2 triliun, pemrosesan sekitar Rp 1 triliun dan pengolahan sekitar Rp 1,5 triliun. "Hampir Rp 5 triliun nilai bisnisnya," kata Yugi.
Yugi menyebut nilai investasi akan terus meningkat seiring tumbuhnya perekonomian dalam negeri, perubahan pola makan hingga bertambahnya kelas menengah.