Senin 21 Oct 2013 19:15 WIB

Banyak Asap, Bandara dan Sekolah di Cina Utara Libur

Rep: Nur Aini/Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Dewi Mardiani
Kabut Asap/ilustrasi
Foto: antara
Kabut Asap/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, HEILONGJIANG -- Kabut asap menutupi kota Harbin di provinsi Heilongjiang, Cina Utara. Sekolah dan bandara terpaksa diliburkan pada Senin (21/10). Kepadatan partikel udara beberapa kali terjadi di atas standar rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia. Jarak pandang kurang dari 50 meter di sebagian kota.

Media lokal menghubungkan polusi dengan beralihnya kota pada sistem pemanas publik untuk musim dingin. Tingkat PM25 yang mengukur jumlah partikel di udara berada di atas 500 mikrogram per meter kubik pada Senin pagi. Padahal, WHO mengatakan sebaiknya tidak lebih dari 25 mikrogram per meter kubik.

Dalam laporan BBC, Senin, semua jalan tol di Heilongjiang dan Bandara Internasional Taiping di Harbin terpaksa ditutup. Peringatan merah untuk asap tebal sudah dikeluarkan provinsi Heilongjiang, Jilin, dan Liaoning. Awal tahun ini, polusi udara di Beijing Cina juga melonjak melewati tingkat berbahaya.

Kota Harbin, yang terletak di Timur Laut Cina, dikutip dari Xinhua.net, sejak Sabtu lalu dikepung asap tebal. Badan Meteorologi, Senin (21/10) setempat mengeluarkan peringatan level merah di beberapa kota. Badan ini juga memperkirakan kabut asap akan terus menyelimuti beberapa kota dalam 24 jam ke depan.

Sementara Otoritas pendidikan di Kota Harbin telah mengeluarkan pemberitahuan kepada masyarakat bahwa aktivitas pendidikan diliburkan untuk semua sekolah dasar dan menengah. Sekitar 40 penerbangan dengan tujuan Cina Utara dan Beijing dibatalkan atau bahkan ditunda. Sementara itu Bandar Udara Internasional Taiping di kota juga harus ditutup.

Aktivitas transportasi bus umum juga berhenti berjalan karena kabut asap. Sehingga membuat warga harus berjalan atau menggunakan kendaraan lain untuk bekerja.

Badan Pusat Meteorologi Nasional mengatakan kabut parah di utara Cina telah terjadi sejak awal bulan ini. Peneliti akademi Institut Fisika dari Akademi Ilmu Pengetahuan Cina, Wang Zifa, menyatakan kabut asap ini adalah permasalahan cuaca yang biasa terjadi. Hal ini karena kombinasi dari kondisi cuaca dan peningkatan pembakaran batubara untuk rumah dan sistem pemanas kota. Selain itu juga karena gas buang kendaraan bermotor dan emisi industri.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement