Senin 21 Oct 2013 21:29 WIB

Oposisi Suriah Dilaporkan Tunda Pertemuan Internal

Sejumlah aktivis oposisi Suriah dalam persembunyian dengan amunisi laptop dan gadget untuk menyebar informasi ke penjuru dunia
Foto: CNN
Sejumlah aktivis oposisi Suriah dalam persembunyian dengan amunisi laptop dan gadget untuk menyebar informasi ke penjuru dunia

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kelompok oposisi utama Suriah menunda pertemuan internal mereka menjadi awal November pada saat menghadapi tekanan internasional untuk menghadiri perundingan perdamaian dengan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, kata anggota kepada AFP pada Senin (21/10).

"Komite politik kami dan pertemuan majelis umum di Istanbul ditunda hingga awal November," kata anggota Koalisi Nasional Samir Nashar. Kelompok itu sebelumnya akan bertemu pekan ini untuk membicarakan dan mencapai posisi bersama tentang apakah pihak oposisi akan menghadiri konferensi perdamaian internasionional, yang disebut dengan Jenewa 2.

Namun, konferensi negara-negara anggota Friends of Syria, pendukung revolusi menentang Assad, yang berlangsung di London mendesak Koalisi untuk menunda pertemuan mereka di Turki. "Tidak terlalu masuk akal bagi kommite politik untuk melakukan pertemuan tanpa keberadaan komite kepresidenan yang dipimpin oleh ketua Koalisi Ahmad Jarba, kata Nashar.

Jarba akan menghadiri pertemuan London, di mana Friends of Syria berupaya untuk mencapai kesepakatan tentang kerangka kerja pembicaraan Jenewa 2. Koalisi tersebut terpecah tajam menyangkut Jenewa 2. Kelompok oposisi utama, Koalisi Nasional Suriah (SNC), menolak melakukan pembicaraan apapun dengan pemerintah kecuali Presiden Bashar al-Assad mundur.

Anggota Koalisi Nasional dan SNC Nashar mengatakan ada "tekanan internasional" terhadap kelompok SNC untuk mengubah sikap. Namun, tambah Nashar, "Saya masih belum melihat ada tanda-tanda di akhir Jenewa 2, dalam kerangka kerjanya saat ini. "Pada saat ini, satu bagian dari Koalisi berkeinginan untuk berangkat ke Jenewa 2 sementara bagian lainnya tidak mau."

Pihak oposisi sudah sekian lama menuntut agar pembicaraan apapun diarahkan kepada turunnya Assad, namun pemerintah bersikeras hal itu tidak mungkin dilakukan. Sementara Amerika Serikat mendukung revolusi Suriah, Rusia mendukung rezim dan penolakan untuk menghadiri pembicaraan yang akan menuntut Assad mengundurkan diri.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement