REPUBLIKA.CO.ID, MUSCAT -- Sektor keuangan syariah global diprediksi mencapai aset 3 triliun dolar AS pada 2015. Angka tersebut naik dari 2010 sebesar 1,3 triliun dolar AS.
Seperti dikutip Zawya, Selasa (22/10), aset syariah di negara-negara yang tergabung dalam Dewan Kerjasama Teluk (GCC) saat ini mewakili 15 hingga 50 persen dari total aset sistem perbankan. Beberapa analis memprediksi, bank-bank syariah di GCC akan menangkap pangsa 6 hingga 8 persen aset perbankan dalam tiga sampai lima tahun ke depan.
Popularitas keuangan berbasis syariah di negara-negara GCC sangat besar, salah satunya di Oman. Dua bank syariah penuh (full fledge)telah dibentuk dan mulai beroperasi di Oman, yakni Bank Nizwa dan Alizz Islamic Bank. Sebagian besar bank konvensional di Oman pun telah membuka jendela syariah untuk mengambil keuntungan dari sumber baru diantaranya Bank Sohar, Bank Dhofar, Bank Muscat, Ahli Bank dan National Bank of Oman (NBO).
Dalam rangka memenuhi syarat lisensi perbankan syariah, bank membutuhkan pedoman syariah dari ulama berpengalaman dengan latar belakang hukum Islam atau akuntansi. Presiden Eksekutif Bank Sentral Oman, Hamood bin Sangour al Zadjali mengatakan prospek pertumbuhan sektor perbankan syariah dapat terancam oleh masuknya bank asing. Untuk itu Pemerintah Oman hanya akan mengeluarkan lisensi perbankan syariah untuk bank Oman.
Selanjutnya, sebagai kompetisi domestik, Al Zadjali mengumumkan bahwa bank sentral tidak berniat memberikan izin lebih bagi bank syariah baru sehingga memberikan ruang bagi entitas baru untuk meletakkan akar kuat serta memberikan waktu untuk menstabilkan pasar.