REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Pabrik Semen PT Semen Jawa diminta bertanggungjawab terhadap terjadinya banjir lumpur di Desa Sirna Resmi, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi.
Sebab, bencana tersebut diduga sebagai dampak dari proyek pembangunan pabrik semen. Peristiwa banjir lumpur menerjang puluhan rumah warga di Kampung Talagasari, Desa Sirna Resmi pada Jumat (18/10) sore lalu.
Selain merendam permukiman warga, banjir juga menutupi jalan raya sehingga menyebabkan kemacetan cukup panjang di jalur Sukabumi-Palabuhanratu.
Akibat kejadian ini warga sekitar sempat marah dan secara spontan langsung mendatangi lokasi proyek. Warga menuntut agar pabrik semen bertanggungjawab atas terjadinya bencana tersebut.
"Pabrik semen harus bertanggung jawab," ujar Bupati Sukabumi, Sukmawijaya kepada wartawan, ditemui setelah membuka acara Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sukabumi di Villa Yustik, Kecamatan Sukabumi, Selasa (22/10).
Hal ini menyikapi tuntutan warga yang terkena dampak banjir lumpur. Menurut Sukmawijaya, tuntutan dari warga merupakan sesuatu hal yang wajar. Kondisi ini dikarenakan warga mengalami kerugian akibat terkena banjir.
Sukmawijaya mengatakan, perusahaan semen asal Thailand ini akhirnya berkomitmen untuk mengabulkan tuntutan warga. Misalnya dengan berencana membangun saluran air atau drainase di sekitar lokasi pabrik.
Di sisi lain, Sukmawijaya tidak bisa mengabulkan tuntutan warga yang meminta agar pembangunan pabrik semen dihentikan. "Tidak bisa karena semua perizinan sudah dipenuhi perusahaan," ujar dia.
Terlebih, lanjut Sukmawijaya, pembangunan pabrik semen ini telah dilengkapi analisis dampak dokumen (Amdal). Sehingga seharusnya segala risiko yang berhubungan dengan lingkungan sudah bisa diperhitungkan sebelumnya.
Selain banjir permukiman warga di sekitar lokasi pabrik semen juga mengalami retak-retak. "Pengerjaan proyek menyebabkan sejumlah rumah warga rusak," ujar warga Kampung Panyaweuyan, Sirna Resmi, Pepe (34 tahun).
Terutama, kerusakan pada bagian dinding berupa retak-retak. Diduga, penggunaan alat berat perusahaan semen menyebabkan rumah warga mengalami kerusakan.
Pembangunan pabrik semen di Kabupaten Sukabumi juga mendapatkan kritikan dari para mahasiswa. "Pembangunan akan menyebabkan polusi dan berdampak sosial," ujar Koordinator Forum Aktivis Mahasiswa Sukabumi (FAMS), Yayan Hendayana.
Sehingga harus dilakukan kajian ulang terhadap pembangunannya agar tidak merugikan masyarakat. Proyek pembangunan pabrik semen PT Semen Jawa dimulai pada 27 September 2013 lalu.
Hal ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Duta Besar Thailand untuk Indonesia Paskorn Siriyaphan, Presiden Direktur Siam Cement Group (SCG) Kajohndet Sangsuban, dan Presiden Direktur Semen Jawa, Natapong Chantrakul.