REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekitar pukul 09.40 WIB, kereta Kanjeng Kayi Jongwiyat yang dinaiki GKR Hayu dan KPH Notonegoro sampai di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Rabu (23/10).
Mempelai menggunakan rias /paes ageng dengan busana Jangan Mengir berwarna hijau tosca yang merupakan warna favorit GKR Hayu.
Kirab Royal Wedding (Pawiwahan Ageng) ini disaksikan oleh ribuan masyarakat Yogyakarta yang berdiri di sepanjang jalan dari Kraton, Alun-alun utara, Malioboro hingga Kepatihan Yogyakarta.
Fotografer dari berbagai media massa maupun masyarakat umum mengabadikan kirab ageng yang langka ini. Bahkan Menpora Roy Suryo yang membaur dengan masayrakat ikut mengabadikan kirab Pawiwahan Ageng dengan tustelnya.
Keberangkatan iring-iringan kereta kuda ini dibagi menjadi dua. Rombongan kereta kuda pertama adalah kereta mempelai, orang tua mempelai pria, para pengiring, penari, serta prajurit Kraton.
Sesampainya rombongan pertama di Kepatihan, barulah rombongan kereta kedua yakni Sultan Hamengku Buwono X dan permaisuri beserta perangkatnya berangkat dari Pagelaran Kraton menuju Kepatihan.
Perjalanan kereta kuda yang dinaiki kedua mempelai dari Keben Kraton menuju Kepatihan berlangsung sekitar 40 menit.
Rombongan pertama terdiri dari: Bregada prawiratama , kereta Kanjeng Kyai Jongwiyat yang dinaiki GKR Hayu dan KPH Notonegoro serta patah, Kanjeng Kyai Ambarukno dinaiki pendamping GBPH Suryodiningrat dan GBPH Suryamataram, Kanjeng Kyai Notobiru dinaiki orangtua pengantin pria, Kanjeng Kyai Permili dinaiki penari beksa bedaya pengantin, 12 kuda yg dinaiki penari Lawung dan terakhir bregada patang puluh.
Rombongan mempelai juga diiringi oleh para penari Lawung Ageng yang mengendarai 12 kuda di bagian depan serta pasukan Bregodo Prawirotomo dan Bregodo Patangpuluh (prajurit keraton) yang totalnya mencapai 120 orang (satu Bregodo terdiri dari 60 orang prajurit).
Setelah itu, rombongan kedua ini terdiri dari tujuh kereta yang membawa rombongan keluarga Kraton Yogyakarta dan rombongan kerabat Pakualaman IX. Untuk rombongan keluarga Kraton, adalah Kereta Kanjeng Kyai Wimono Putro dinaiki Sultan Hamengku Buwono X beserta Permaisuri dan GBPH Prabukusumo. Kereta ini ditarik oleh delapan kuda.
Selanjutnya kereta Kanjeng Kyai Landower Wisman, Kanjeng Kyai Kanjeng Landower Surabaya, Kanjeng Kyai Landower Ijem dinaiki putri serta menantu raja kraton, kereta Kanjeng Kyai Mandra Juwala dinaiki Paku Alam IX , kanjeng Kyai Puspoko Manik dinaiki putra mahkota kadipaten pakualaman, Kanjeng Kyai Kus Gading dinaiki kerabat Puro Pakualaman. Rombongan terakhir adalah Bregada Ketanggung dan Bregada Mantri Jero.