REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan, Masterplan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) bukan hanya sekedar rencana di kertas tanpa implementasi. "Masterplan bukan sekedar macan ompong, bukan kertas kosong, itu riil," katanya di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (23/10).
Ia menambahkan, penetapan berbagai sektor prioritas beserta target pertumbuhannya, telah diuji kelayakannya. MP3EI disusun dengan melibatkan para pemangku kepentingan, baik pemerintah, para akademisi, masyarakat, swasta, dan bisnis.
MP3EI, ujarnya, juga diakui oleh negara lain sebagai cetak biru yang memberikan kejelasan pembangunan Indonesia ke depan. "Ini bagus Indonesia tahu mau kemana hingga 2025," katanya.
Ia mengatakan ada dua alasan utama perlunya cetak biru MP3EI tersebut. Pertama untuk menyambut terintegarsinya ekonomi ASEAN pada 2015 dan Asia Pasifik pada 2020.
Indonesia dikatakan membutuhkan cetak biru pembangunan guna menghubungkan perekonomian di seluruh daerah.
Alasannya, Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar. Jauh lebih besar dari negara ASEAN lainnya dengan ribuan pulau yang belum terhubung terintegrasi dalam perekonomian domestik yang kuat. Hal itu menjadi kelemahan Indonesia dalam menghadapi integrasi di kawasan.
Kedua, menurut dia, MP3EI dibutuhkan untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa. Dengan MP3EI, pembangunan di luar Jawa dipacu, sehingga lebih merata, dan masyarakat luas dapat meningkat kesejahteraannya.