REPUBLIKA.CO.ID, NEWCASTLE--Menangis dan gemetar, itulah yang dirasakan Khadijah Mohamed, perawat Muslim Newcastle selepas alami serangan Islamofobia. "Aku ditarik dari belakang, seorang pria lalu berteriak apakah aku salah satu dari mereka. Dia benar-benar agresif," ungkap dia, seperti dilansir Fox News, Kamis (24/10)
Khadijah sendiri ketika itu.Beruntung ada orang yang melihatnya. Pria misterius itu segera melarikan diri."Aku takut sekali, menangis dan gemetar. Saya bersyukur ada orang yang melihat dan membantu saya," kata dia sembari menyeka air matanya.
"Saya pikir rumah sakit adalah tempat yang aman. Ternyata tidak juga," tambanya.
Menurut Khadijah, pria yang menyerangnya mungkin tidak memahami dengan baik ajaran Islam. Itu sebabnya, insiden macam ini merupakan pekerjaan rumah umat Islam agar lebih mempromosikan ajaran Islam. "Yang perlu mereka ketahui, seorang Muslim adalah manusia biasa. Itu sebabnya, kita perlu memberikan penjelasan kepada mereka," ucapnya.
Insiden ini bukan yang pertama kali semenjak tewasnya seorang tentara Inggris. Riset yang digagas Surat Kabar The Independent menunjukan sekitar 40-60 persen Islamic Center dan Masjid menjadi target serangan Islamofobia sejak tragedi 9/11. Riset ini mengingatkan, serangan Islamofobia akan menyebar ke seluruh Inggris Raya.
Dari proyek 'Tell Mama' yang dibiayai pemerintah Inggris tercatat telah terjadi 212 insiden serangan Islamofobia pascaserangan Woolwich. Sekitar 120 diantara terjadi di internet, 28 serangan fisik, dan 11 serangan terhadap masjid.