Kamis 24 Oct 2013 17:26 WIB

Bunda Ratu Hitut Menghebohkan Bandung

Rep: Lingga Permesti/ Red: Heri Ruslan
Pentas Bunda Ratu Hitut oleh kelompok longser Bandoengmooi.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pentas Bunda Ratu Hitut oleh kelompok longser Bandoengmooi.

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi masyarakat Indonesia, istilah Bunda dan Ratu agaknya sedang gencar diberitakan media massa. Masyarakat Indonesia sampai kini bertanya-tanya, siapakah Bunda dan Ratu yang mampu membuat kalangan pejabat politik bertekuk lutut?

Lain halnya dengan Bunda dan Ratu yang misterius akhir-akhir ini, di Bandung, Bunda Ratu menjadi peran utama dalam pagelaran teater tradisional atau longser kelompok Bandoengmooi.

Longser yang digelar di Gedung New Majestic belum lama ini tentu tidak membahas peran Bunda dan Ratu dalam kasus KKN, melainkan sebagai parodi politik yang dikemas dengan paduan seni tradisi Sunda.

Bunda Ratu menurut kelompok longser Bandoengmooi adalah Bunda Ratu Hitut (bunda ratu kentut) dengan pertunjukan bertajuk Bentang Panggung.  Adapun Bentang Panggung berarti bintang panggung atau bintang pementasan. Lakon ini dilatarbelakangi Bunda Ratu Hitut yang kebingungan. Anak lelaki satu-satunya belum juga menikah. Sang putra mahkota sering beralasan belum ingin mempunyai pendamping.

Karena merasa khawatir, Bunda Ratu Hitut terus mendesak sang anak. Anak yang akan jadi pewaris tunggalnya itu meminta syarat istri yang piawai menari alias Bentang Panggung (Bintang Panggung). Untuk itu, sang ratu mengadakan sayembara tari. Bagi peserta sayembara yang paling bagus menarinya, maka akan dijadikan istri dari putra mahkota Bunda Ratu Hitut.

Sayembara yang dilakukan khas seperti ajang pencarian bakat di beberapa stasiun televisi swasta. Ada dua dewan juri yang menilai peserta sayembara. Persyaratan utama para peserta adalah tidak boleh menyogok, korupsi, kolusi dan nepotisme. Namun pada praktiknya, sayembara tari ini diwarnai suap dan gratifikasi terselubung yang bertujuan agar peserta sayembara menjadi pendamping putra mahkota.

Ngarupat Seni Tradisi yang diselenggarakan Yayasan Mandasalam, Bandoengmooi dan Gedung Majestic ini merupakan upaya pelestarian seni tradisional khususnya yang hidup di Jawa Barat. Adegan dalam bentuk pertunjukan teater tradisional atau longser ini tidak hanya menampilkan secara khusus pertunjukan tari, tapi penonton dihibur oleh celoteh para aktor yang sarat dengan parodi dan mengundang gelak tawa.

Di awal adegan, musik dan tarian rampak gendang dipertunjukkan. Para penari, pesilat dan aktor longser masuk ke panggung. Kesenian Sunda dihadirkan, dari rampak kendang hingga seni bela diri pencak silat.

Sayembara dimulai dengan penampilan dari peserta pertama yang menampilkan tari gaplek.  Kemudian secara berturut-turut peserta sayembara lainnya menarikan tari topeng, tari gawil dan tari jaipong. Dari seluruh peserta, terdapat peserta laki-laki yang tentu tidak dapat dijadikan pendamping putra mahkota. Di adegan inilah, penonton dihibur habis-habisan oleh para aktor.

"Jadi kami sisipkan humor di setiap adegannya,"kata sutradara longser, Hermana HMT.

Menurut Hermana, di dalam longser, semua jenis kesenian menyatu, dari tari-tarian hingha seni pertunjukan. Meski di beberapa daerah Jabar, kata dia, masih ada yang menempatkan tari sebagai fungsi ritual. Pada perkembangannya, tari lebih banyak ditempatkan sebagai seni tontonan atau lebih berfungsi sebagai media hiburan.

Sebagai seni pertunjukan, kata dia, tari terbagi ke dalam beberapa rumpun. Rumpun yang terbilang mengakar sampai saat ini di Jabar diantaranya Tari Topeng Cirebon, Tari Wayang, Pencak Silat, Tari Rakyat, Tari Tayub dan Tari Keurseus. Dari sekian banyak rumpun, juga melahirkan rumpun baru yang dikenal dengan sebutan Jaipongan.

Untuk itu, tari perlu dilestarikan. Salah satu bentuk pelestarian tari melalui pertunjukkan longser ini. Sementara longser Bentang Panggung ini, kata dia, selain menampilkan tarian, juga merupakan sindiran untuk bintang-bintang politik yang saat ini meramaikan perpolitikan. Jadi, selain menampilkan seni budaya, longser dapat dijadikan autokritik atas kejadian saat ini. Kepedulian masyarakat, kata dia, dapat ditingkatkan dengan mengenal budayanya sendiri.

"Kami ingin agar ada ruang-ruang budaya, tak hanya di gedung ini, tapi sampai ke halaman rumah, masuk ke RT RW,"kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement