Jumat 25 Oct 2013 11:43 WIB

Industri Halal Terus Berevolusi

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Salah satu resto bersertifikat halal
Foto: Republika/Yasin Habibi
Salah satu resto bersertifikat halal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri halal terus berevolusi dari waktu ke waktu. Pada 1970an, industri halal hanya mencakup makanan halal semata. Sedangkan pada 1990an, industri halal mulai merambah ke bisnis keuangan syariah. 

Seiring berjalannya waktu, industri halal tidak hanya terbatas pada makanan halal dan keuangan syariah semata. Saat ini industri halal berevolusi masuk dalam gaya hidup (life style). "Sokongan teknologi memungkinkan kaum Muslim di dunia melakukan perbedaan dan masuk ke pasar yang belum disentuh," ujar President Director PT Sofyan Hotels Management & Consultant, B.A. Hadisantoso kepada ROL, kemarin.

 

Saat ini populasi muslim mencapai 20 persen dari total jumlah penduduk di dunia, atau sekitar 1,6 miliar penduduk hingga 1,8 miliar penduduk. Penduduk Muslim banyak berada di Asia. Berdasarkan Pew Research Center, pada 2030 populasi Muslim dunia diprediksi meningkat menjadi 26 persen. "Walau Indonesia adalah negara dengan Muslim terbanyak, tetapi bagaimana kekuatannya. Ini penting karena akan merubah siklus kebutuhan syariah life style," ucapnya.

Bagi Sofyan Hotel sendiri, syariah adalah menjauhi segala sesuatu atau apapun yang merusak (mudharat) bagi kemanusiaan. "Melihat kata kunci syariah tersebut, dapat kita pahami bahwa syariah tidak hanya baik untuk Muslim tapi juga untuk non Muslim," kata Hadisantoso.

Dia berujar beralihnya suatu bisnis ke bendera syariah tidaklah mempersempit pasar, justru sebaliknya akan memperluas keuntungan. "Omzet Mc Donald Melbourne, Australia, meningkat ketika melakukan sertifikasi halal. Begitu juga dengan salah satu restoran di Perancis, omzetnya menjadi berlipat ganda," ujarnya.

Lembaga survei Mintel, Inggris menyatakan penjualan daging halal di Inggris mencapai 11 persen. Padahal populasi Muslim di Inggris hanya 3 persen. "Ini artinya ketika kita bicara halal, perlu digarisbawahi bahwa itu bukan cuma untuk Musllim," ucapnya.

Contoh lain di dalam negeri terjadi pada produk kosmetik Wardah. Wardah Cosmetics memiliki perkembangan omzet 75 persen pertahun selama empat tahun terakhir. Padahal menurut survei AC Nielsen, perkembangan omzet kosmetik pertahun hanya 15 persen pertahun.

Hal serupa terjadi pada pendapatan Sofyan Hotel yang naik 60 persen dalam 18 bulan setelah mengubah diri menjadi hotel syariah. Sejak tahun lalu, Sofyan Hotel membantu grand plan pariwisata  syariah tanah air yang diprakarsai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

Dalam kegiatan itu akan mempromosikan 12 destinasi wisata syariah Indoneia. Rencananya grand launching dilakukan pekan depan pada 30 Oktober di PRJ Kemayoran. "Kami siapkan produk dan paket wisata syariah menarik dan punnya keunggulan komparatif," ujar Hadisantoso.

Chairman PT Sofyan Hotel Tbk, Riyanto Sofyan mengatakan pihak regulator, khususnya para stakeholders telah berupaya menangkap peluang dari wisata syariah. Sinergi dan kelompok kerja telah dibentuk untuk mensukseskan program tersebut, salah satunya melalui pengetatan standardisasi. Menurut Undang-Undang Pariwisata, kepentingan turis harus dihargai.

"Kami prioritaskan empat produk dalam standardisasi yaitu hotel, restoran, travel agent dan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendapatkan kompetensi secara syariah," kata Riyanto.

 

Saat ini ada 15 portofolio hotel syariah di Indonesia. Sembilan hotel sudah beroperasi yang terdiri dari tujuh hotel milik Sofyan Hotel dan di dua hotel lainnya Sofyan Hotel hanya bertindak sebagai konsultan. Sementara enam hotel lainnya akan dikembangkan dalam dua tahun ke depan yang masih dalam proses pembangunan. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement