Jumat 25 Oct 2013 12:40 WIB

Warga Diimbau Waspadai Lahar Dingin di Musim Hujan

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nidia Zuraya
Lahar dingin Gunung Merapi
Foto: Antara
Lahar dingin Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Memasuki musim penghujan, warga Sindumartani, Ngemplak, Sleman diimbau untuk waspada. Lantaran, potensi lahar dingin dari Gunung Merapi dinilai masih besar.

Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Sleman, Heru Saptono, mengatakan sekitar 7 juta meter kubik lahar dingin masih mengancam Kali Gendol. "Potensi lahar dingin masih cukup besar. Kemarin hitungannya dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) yang mengancam di Gendol 7 jutaan meter kubik," katanya.

Menurutnya, material lahar dingin masih cukup banyak. Pada erupsi biasanya, material yang dikeluarkan sekitar dua juta meter kubik. Namun, diprediksi saat ini material yang ada masih sekitar 7-8 juta meter kubik di Kali Gendol.

Ia menambahkan, penambangan pasir hasil erupsi Merapi beberapa tahun silam justru membahayakan. Lantaran penambangan yang dilakukan saat ini tidak hanya dilakukan di badan sungai, namun juga tepian sungai. "Kemarin yang mengambil pasir itu sudah melebar, tidak hanya di badan sungai tapi juga di pekarangannya. Justru itu yang bahaya karena alirannya tidak bisa kita prediksi," jelasnya.

Heru mengatakan para penambang justru merusak talud yang ada. Apabila talud tersebut rusak, lanjutnya, maka lahar dingin tidak akan melewati sungai. Namun akan melewati desa-desa di sekitar.

Berdasarkan hasil pantauannya, penambangan pasir telah mengarah ke talud, seperti di Utara dam Bronggang. Heru menambahkan, ancaman lahar dingin tidak hanya terjadi di Kali Gendol, namun juga terjadi di Sungai Boyong dan Sungai Opak.

Daerah yang diprediksi rawan terhadap bencana banjir lahar dingin yakni di Sindumartani, Ngemplak. Namun, ia mengaku telah mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi bencana.

Pihaknya juga telah memberikan peta rawan bencana di masing-masing dusun yang rawan bencana serta memberikan sosialisasi tanggap bencana. Di 11 padukuhan di Desa Sindumartani, terdapat delapan daerah yang terancam bencana. Sementara itu, tiga padukuhan lainnya akan dijadikan tempat mengungsi apabila terjadi bencana. "Masyarakat sudah siap, kita juga persiapkan dapur umum. Kalau mengungsi juga telah ada kelembagaannya. Sementara ini yang paling rawan hanya Sindumartani," kata Heru.

Menurutnya, wilayah Sindumartani pernah terkena bencana lahar dingin pada 2010. Selain itu, lokasi daerah tersebut dekat dengan Kali Gendol yang saat ini badan sungainya telah landai.

Untuk mengantisipasi bencana lahar dingin tersebut, telah dipasang early warning system (EWS) sebagai peringatan. Selain itu, ia juga mengatakan pihaknya telah mengaktifkan radio komunitas frekuensi penduduk untuk memantau sungai-sungai. "Mereka punya pos sendiri di masing-masing titik sungai dan akan melaporkan tiap kejadian yang akan dikoneksikan dengan radio frekuensi milik BPBD," jelasnya.

Sedangkan, untuk memantau curah hujan, pihaknya akan melakukan pemantauan di pos pengamatan di Pakem. Apabila curah hujan di atas 35 mm, maka warga diminta untuk siap siaga terhadap bencana. "Kalau curah hujan diatas 30mm berpotensi terjadi lahar dingin di Kali Gendol. Sehingga alat itu menjadi warning. Alat pemantaunya juga sudah ada di sungai yang berhulu Merapi," katanya.

Ia berharap agar warga turut berpartisipasi melaporkan apabila terjadi bencana. Sehingga warga lain dapat waspada.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement