Ahad 27 Oct 2013 17:21 WIB

Chikungunya di Sukabumi Melonjak Capai 849 Kasus

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Djibril Muhammad
Nyamuk Cikungunya
Nyamuk Cikungunya

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Kasus penyakit Chikungunya di Kota Sukabumi mengalami lonjakan. Pasalnya, jumlah kasusnya dari Januari hingga akhir Oktober 2013 mencapai sebanyak 849 kasus.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi menyebutkan, jumlah kasus ini meningkat drastis dibanding 2012. Pada tahun lalu jumlah kasus Chikungunya hanya sebanyak 53 kasus.

Staf Seksi Pengendalian Penyakit (Dalkit), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, Jamjam mengatakan, peningkatan kasus terutama terjadi pada musim pancaroba atau peralihan.

Hal ini didasarkan pada data puncak kasus Chikungunya yang terjadi pada Mei dan September lalu. Pada Mei, jumlah kasus yang disebarkan melalui nyamuk ini mencapai sebanyak 207 kasus. Sementara pada September kasus Chikungunya mencapai sebanyak 180 kasus.

Jamjam mengungkapkan, kasus Chikungunya pada Oktober untuk sementara mencapai 57 kasus. Jumlah ini kemungkinan bertambah karena pendataan belum selesai hingga akhir bulan.

Peningkatan kasus pada musim pancaroba, Jamjam melanjutkan, disebabkan sejumlah faktor. Misalnya banyak genangan air yang menjadi lokasi berkembang biak nyamuk.

Jamjam menerangkan, para penderita Chikungunya berasal dari sejumlah kecamatan yaitu Cikole, Baros, Lembursitu, Citamiang, Gunung Puyuh, dan Warudoyong. Gejala yang dialami warga rata-rata panas, mual, dan sakit pada persendian kaki.

Selain Chikungunya, penyakit lainnya yang mengancam di musim pancaroba adalah demam berdarah dengue (DBD). Data terakhir menyebutkan, sepanjang Januari hingga akhir Oktober terdapat sebanyak 485 warga Kota Sukabumi terjangkit demam berdarah dengue (DBD).

Dari jumlah tersebut, satu di antaranya meninggal dunia. Untuk menekan kasus DBD dan Chikungunya, kata Jamjam, Dinkes berupaya meningkatkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Gerakan PSN dinilai efektif untuk mengendalikan penyebaran penyakit DBD. Upayanya dilakukan dengan menggiatkan langkah 4M yakni menguras, menutup, mengubur, dan memantau jentik nyamuk.

Selain PSN, ujar Jamjam, Dinkes juga menggiatkan fogging atau pengasapan di lokasi yang terdapat kasus Chikungunya dan DBD.

Pada Oktober ini saja sudah tujuh kali fogging di tempat yang berbeda.Kepala Seksi Pengendalian Penyakit, Dinkes Kota Sukabumi, Irma Agristina menambahkan, untuk memastikan positif atau tidaknya terjangkit Chikungunya maka petugas telah mengambil sampel darah untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.

Langkah semacam ini sudah dilakukan untuk kasus Chikungunya pada Mei lalu. "Hasilnya pada waktu itu positif chikungunya," kata Irma menerangkan.

Pemeriksaan dilakukan oleh Litbang Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement