REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan tahun anggaran 2014 merupakan periode stabilisasi dan pemerintah lebih fokus untuk membenahi fundamental perekonomian nasional, dengan risiko pertumbuhan tidak akan lebih tinggi dari angka enam persen. "Dalam kebijakan selalu ada pilihan, kalau kita mendorong pertumbuhan, fundamental kita tidak akan stabil dan dalam jangka menengah akan terganggu. Kami fokus stabilitas, APBN bukan untuk mendorong pertumbuhan signifikan," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (28/10).
Chatib memastikan pemerintah akan menetapkan kebijakan fiskal yang ketat dengan menjaga defisit anggaran serta memastikan agar defisit neraca transaksi berjalan tidak makin melebar, sebagai upaya stabilisasi tersebut. "Prioritas pemerintah jelas, tahun 2014 adalah periode stabilisasi, tanpa stabilitas, pertumbuhan ekonomi akan terganggu. Kita realistis karena sinyal ini penting untuk pasar," katanya.
Chatib mengatakan meskipun asumsi pertumbuhan ekonomi hanya sebesar enam persen tahun depan, namun perkiraan angka tersebut masih nomer dua tertinggi di antara negara G20, lebih baik dari India maupun Turki. "Indonesia masih tetap tumbuh nomer dua di G20, artinya cushion untuk penurunan pertumbuhan masih relatif banyak, tapi tidak banyak ruang untuk ketidakstabilan. Kalau rupiah dan yield anjlok, ada dampak signifikan," ujarnya.
Chatib menjelaskan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 telah mempertimbangkan kondisi perekonomian global dan domestik paling realistis dengan situasi terkini serta prospeknya kedepan. Selain itu, APBN 2014 juga memastikan adanya upaya pemotongan alokasi perjalanan dinas dan penambahan pagu untuk belanja prioritas seperti infrastruktur, sarana kesehatan dan alutista untuk pertahanan keamanan.
"Kalau dari pergeseran pagu, kelihatan yang paling besar adalah infrastruktur, kesehatan, dan alutista. Disamping itu ada 'self blocking' pemotongan perjalanan dinas serta konsinyering," kata Chatib.