REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Peningkatan produktivitas dan perluasan lahan yang tak juga terjadi membuat target swasembada gula pada 2014 sulit tercapai. Ketua Umum Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi) sekaligus Ketua Umum Pengembangan Perkebunan Berkelanjutan Strategis, Ahmad Manggabarani, dalam Semiloka Gula Nasional 2013 di IPB International Convention Center, Senin (28/10). Mereka melihat program swasembada gula 2014 dapat dipastikan belum bisa tercapai.
Kementerian Pertanian produksi dalam negeri tahun ini mencapai 2,5 juta dari 5,8 juta ton kebutuhan konsumsi dan industri tahun ini. Peragi mempertanyakan ini. ''Padahal, Indonesia luas. Teknologi dari pusat riset maupun perguruan tinggi. Lalu masalahnya dimana?'' kata Ahmad.
Dari data yang disampaikan kementan dan pengusaha, ia berharap pemangku kebijakan bersatu agar swasembada bisa tercapai. Peragi sendiri berusaha memaksimalkan peran agronom dalam memperbesar produktifitas lahan pertanian tebu.
''Kami melihat ada masalah juga di bibit. Di Pasuruan sudah ada bibit bagus. Pertanyaannya, apakah aplikatif untuk petani? Jika pun ada kendala, apa sudah bisa dihadapi? Selain itu, kami pikir praktik budi daya yang baik di lapangan juga perlu diperhatikan karena akan berpengaruh pada rendemen,'' jelas Ahmad.
Rendemen tidak mendadak. Rendemen ditentukan oleh varietas dan proses penanaman serta manajemen tebang-angkut. Semua tahapan perlu diperhatikan dan dijaga.
Selain itu, kualitas rendemem Indonesia rendah karena manajemennya masih belum baik. Masih ada pembiaran tebu usia lebih dari tiga tahun ditanam kembali. ''Manajemen dari mulai penanaman hingga produksi harus terjaga baik,'' kata Ahmad.
Jika produktifitas pertanian gula bertahan empat hingga lima ton per hektar, maka perluasan lahan sangat diperlukan. Sementara perluasan lahan merupakan ranah kebijakannnya dipemerintah.
Luas lahan perkebunan tebu saat ini sekitar 400 ribu hektare. Moratorium lahan untuk tebu sudah ada. Tapi implementasinya tidak berjalan baik. ''Bibit ada, tenaga agronomi punya. Apa lagi?'' kata Ahmad.
Namun demikian, ia yakin Indonesia bisa swasembada gula. Walau tak bisa dipungkiri dibutuhkan waktu lebih panjang. ''Tapi harus ada tekad bersama untuk ke sana. Kita bisa mengisi pasar lokal dengan barang kita sendiri,'' tegasnya.
Untuk mencapai swasembada, Peragi sendiri merekomendasikan adanya kebijakan menyeluruh dan sinergis dari semua kementerian serta lembaga pemerintah lain. Sehingga kebijakan satu dengan yang lain saling menguatkan, bukan sebaliknya.
Indonesia, menurut, Ahmad, pernah berhasil memenuhi kebutuhan gulan konsumsi sebanyak 2,8 juta ton pada 2008. ''Tapi itu hanya gulan konsumsi. 3 juta ton kebutuhan gula industri tetal tidak terpenuhi,'' ungkapnya.