REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Yunahar Ilyas
Sejak kecil dia dimanja oleh kakeknya. Apapun permintaan sang cucu dikabulkan. Setelah sang kakek meninggal, dia mengalami goncangan, terutama karena bapaknya sangat keras dan disiplin.
Permintaannya lebih banyak ditolak daripada dikabulkan. Mulailah dia mencuri, mula-mula hanya mengambil uang kas di toko milik bapaknya. Tatkala pengawasan kotak uang di toko diperketat, mulailah dia mencuri di tempat lain.
Bapaknya marah luar biasa. Akibatnya sang anak mulai menjauh dari bapaknya. Jika bapak datang ke rumah, sang anak langsung pergi. Lama-lama sang anak juga menjauh dari seluruh anggota keluarga. Jadilah dia anak jalanan.
Berpuluh tahun lamanya sang anak tidak diketahui keberadaannya. Sampai pada suatu hari, ada yang melihatnya di suatu kota besar yang penuh hiruk pikuk.
Sang anak sudah berubah menjadi seorang pemuda bertubuh tegap, di lehernya teruntai kalung emas yang cukup besar. Di jari tangannya ada dua batu permata yang menonjol. Secara ekonomi, sepertinya dia cukup eksis.
Tetapi sayang, hidupnya bergelimang dosa. Keluarga, terutama ibunya membujuknya untuk kembali pulang ke rumah, bergabung dengan keluarga.
Dia memang mau pulang ke rumah, sekadar melepaskan kerinduan kepada ibu dan adik serta kakaknya. Kepada sang bapak, sepertinya dia menyimpan dendam. Jika bapaknya datang, dia langsung pergi.
Tentu saja ibu dan saudara-saudaranya selalu berusaha mengingatkan dan membujuknya untuk bertaubat, kembali ke jalan yang benar: mencari rezeki yang halal, menegakkan shalat dan meninggalkan perbuatan maksiat.
Tetapi sepertinya hatinya sudah tertutup. Semua nasehat masuk telinga kiri ke luar telinga kanan. Dia tetap
jauh dari agama, bahkan semakin jauh.
Sampai berumur lebih empat puluh tahun dia belum juga bertobat. Apakah Allah sudah betul-betul menutup
hatinya? Ternyata tidak.
Pada suatu hari saya dapat berita bahwa dia sudah bertobat. Bahkan sudah pergi ke Makkah melaksanakan ibadah haji dengan isterinya.
Sekarang dia sudah rajin shalat, bahkan tahajud. Untuk kehidupan sehari-hari, dia benar-benar sudah berbisnis yang halal. Saya jadi penasaran apa yang menyebabkan dia mau bertobat.
Dalam suatu tugas ke daerah, kebetulan ke kota tempat dia berdomisili, saya sempatkan mengunjungi laki-laki yang sudah tobat itu. "Peristiwa apa yang menyebabkan Anda sadar?" Tanya saya tak sabar begitu ketemu.
Sambil senyum dia menjawab: "Rhoma Irama!" Jawabannya mengagetkan. "Ketemu langsung, apa melalui syair lagunya," sahut saya tidak sabar lagi. Dia ketawa. Kemudian meneruskan kisah pertobatannya.
"Rumah yang saya tempati sebelum ini berada dekat masjid. Setiap Subuh saya terbangun oleh suara azan." Rupanya suara azan itulah yang diejeknya sebagai lagu Rhoma Irama.
"Sampai pada suatu Subuh", lanjutnya lagi, "setelah mendengar azan, tiba-tiba muncul keingingan untuk
mengerjakan shalat. Masya Allah saya merasa nikmat dan tenang. Sejak itu saya tidak pernah berhenti
mengerjakan shalat."
Begitulah jika Allah menghendaki, hati yang sudah tertutup, tiba-tiba terbuka kembali. Jangan pernah berputus asa dengan rahmat Allah SWT.