Selasa 29 Oct 2013 03:00 WIB

Dua Orang Tewas Dalam Serangan Pesawat Tak Berawak di Somalia

Anak kelaparan di Mogadishu, Somalia.
Foto: AP
Anak kelaparan di Mogadishu, Somalia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Mogadishu Serangan pesawat tak berawak yang diduga milik AS menewaskan sedikitnya dua gerilyawan Al-Shabaab yang berada di sebuah mobil di daerah sebelah selatan Mogadishu, ibu kota Somalia, kata penduduk, Senin.

Pesawat itu menembakkan satu rudal ke mobil yang bergerak di pinggiran kota Jilib di daerah Middle Jubba, sekitar 120 kilometer sebelah utara kota pelabuhan Kismayu di Somalia selatan.

"Sore ini saya mendengar dentuman besar dan melihat sebuah pesawat tak berawak menghilang jauh ke angkasa, sedikitnya dua militan tewas," kata Hassan Nur, seorang warga di daerah itu.

"Saya melihat sebuah mobil Suzuki terbakar, banyak orang Al-Shabaab datang ke lokasi kejadian. Saya bisa melihat mereka membawa kedua mayat korban. Adalah rudal berat yang dijatuhkan pesawat tak berawak itu. Banyak mobil berjalan di depan saya namun pesawat tak berawak itu menyerang Suzuki ini," tambahnya.

Beberapa warga lain di lokasi kejadian juga menyatakan melihat serangan itu. Para pejabat dan polisi Somalia belum bisa ditemui untuk diminta komentar mereka mengenai serangan tersebut.

Pejabat-pejabat Al-Shabaab juga masih menolak berkomentar mengenai serangan itu, yang mungkin ditujukan pada militan senior di dalam mobil tersebut.

Pada Januari 2011, Al-Shabaab mengatakan, sebuah rudal yang ditembakkan oleh pesawat tak berawak menewaskan Bilal el Berjawi, seorang gerilyawan Al-Shabaab keturunan Lebanon yang memiliki paspor Inggris.

Serangan rudal lain menewaskan empat militan asing di daerah sebelah selatan Mogadishu pada Februari 2012.

Al-Shabaab dihalau dari Mogadishu pada akhir 2011 dan namun masih menguasai beberapa daerah lain Somalia, di tengah tekanan-tekanan yang dilakukan oleh pasukan Kenya, Ethiopia dan Uni Afrika yang berusaha membendung militansi mereka keluar dari Somalia.

Al-Shabaab mengejutkan dunia dengan serangan di pusat perbelanjaan di Nairobi, yang dimulai Sabtu siang (21 September), ketika orang-orang bersenjata menyerbu ke dalam kompleks pertokoan itu dengan menembakkan granat dan senjata otomatis serta membuat pengunjung toko yang panik lari berhamburan untuk menyelamatkan diri.

Kelompok itu menyandera sejumlah orang dan terlibat dalam ketegangan dengan polisi dan pasukan hingga Selasa (24 September), ketika Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengumumkan bahwa bentrokan telah berakhir dan sedikitnya 67 orang tewas.

Kenya, yang menjadi tempat tinggal banyak warga Somalia, dilanda gelombang serangan, terutama di Nairobi dan kota pelabuhan Mombasa, serta Garissa, setelah pasukan negara itu memasuki Somalia pada Oktober 2011 untuk menumpas kelompok gerilya garis keras Al-Shabaab, yang mereka tuduh bertanggung jawab atas penculikan dan serangan bom di dalam wilayah Kenya.

Pasukan Kenya menyerang pangkalan-pangkalan Al-Shabaab sejak dua tahun lalu dan kemudian bergabung dengan pasukan Uni Afrika berkekuatan 17.700 orang yang ditempatkan di Somalia.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida yang dibentuk almarhum Osama bin Laden.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia, yang dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991.

sumber : Antara/Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement