REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lembaga intelijen AS, Badan Keamanan Nasional (NSA) dilaporkan memata-matai 35 pemimpin dunia dan merekam jutaan panggilan telpon warga.
Tujuan dari program itu dinilai tidak memata-matai teroris. Namun, lembaga intelijen tersebut mengintai kekuatan dunia.
"Apa Angela Merkel itu seorang teroris? Apa 60 atau 70 juta warga Spanyol atau Prancis itu teroris?" ujar Glenn Greenwald, aktivis wartawan yang membuka program spionase AS berdasarkan dokumen dari Edward Snowden, dikutip CNN, Selasa (29/10).
Menurut Greenwald, spionase AS lebih bersifat politik dan ekonomi. "Ini jelas tentang spionase kekuatan politik dan ekonomi dan klaim semua ini tentang terorisme yang terlihat di seluruh dunia, itu merupakan penipuan murni," tegasnya.
Pengungkapan terbaru dari spionase AS melibatkan dugaan rekaman percakapan ponsel pribadi Kanselir Jerman, Angela Merkel. AS juga dilaporkan mengumpulkan data sekitar 60 juta panggilan telpon di Spanyol dalam satu bulan. Laporan serupa juga ada di Prancis.
Greenwald merupakan mantan wartawan Guardian yang secara sistematis menerbitkan laporan rahasia intelijen AS sejak diberi dokumen dari mantan analis NSA, Edward Snowden. Dia mengatakan kasus spionase AS tidak dilakukan setiap negara.
"Ini adalah sesuatu yang dunia tidak tahu, dan sekarang mereka tahu, dan itulah alasan mengapa para pejabat AS sangat marah. Ini bukan karena merusak keamanan nasional tetapi karena merusak reputasi dan kredibilitas mereka di seluruh dunia," ungkapnya.
Greenwald menolak kritik ia menempatkan masyarakat dalam bahaya dengan membuka taktik intelijen AS. Dia mengatakan Snowden memintanya untuk sangat teliti dan bijaksana. Dia mengaku hanya mempublikasikan sekitar 200 atau 250 dokumen dari total ribuan.