REPUBLIKA.CO.ID, Tahun 1860, Sultan Abdul Madjid bermimpi menyatukan dua benua, Asia dan Eropa. Angan-angan itu adalah dengan membuat lubang di bawah Selat Bosphorus.
Sayangnya mimpi itu terlalu jauh ke depan belum lagi tak ada yang berani mendanai proyek 'gila' itu. Namun mimpi 150 tahun Kesultanan Ottoman itu akhirnya terwujud. Pemerintah Turki, atau bisa disebut Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan berhasil mewujudkan mimpi tersebut.
''Nenek moyang kita menginginkan ini, itu tugas kita yang mewujudkannya,'' kata dia di terowongan rel bawah Selat Bosphorus, dikutip dari AFP, Selasa (29/10).
Erdogan mulai menghidupkan kembali mimpi sang sultan pada tahun 2004. Ketika itu, ia masih menjadi Walikota Istanbul, memulai konstruksi mega proyek sepanjang 1,4 Kilometer. Kecaman pun timbul dari berbagai pihak, dan menyebut Erdogan layaknya Firaun.
Ambisi ini juga menjadi sumber masalah pada demonstrasi anti pemerintah Juni lalu. Rakyat Istanbul mengeluh proyek pembangunan kota Istanbul, menyebabkan mereka kehilang rumah dan ruang terbuka hijau.
Hanya saja pembangunan rel bawah tanah ini bisa menjadi solusi kemacetan kota Istanbul. Kota Istanbul memang memiliki masalah dalam hal transportasi. Karena tiap hari, warga yang pulang pergi antara sisi Eropa dan Asia menyebabkan kemacetan di jalur jembatan Bosphorus.
Jalur kereta yang tiap jam bisa mengantar 150 ribu orang ini secara resmi dibuka, Selasa (29/10). Akan tetapi terowongan tersebut takkan langsung beroperasi.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe akan hadir dalam pembukaan resmi tersebut. Hal ini karena Bank of Japan adalah penyedia dana utama yang berkontribusi sebesar 1 miliar dolar AS.
Presiden Kamar untuk Rencana Perkotaan Istanbul, Tayfun Kahraman mengatakan saat ini terowongan yang dibuka masih sangat terbatas. Sehingga membutuhkan waktu untuk aktif sepenuhnya. ''Kami tak mengerti kenapa pembukaan bisa secepat ini,'' tuturnya.
Pembangunan jalur terowongan bawah tanah ini sempat tertunda setelah penemuan situs arkeologi di bawah selat. Sebanyak 40 ribu benda purbakala yang terdapat di 30 kapal era Bizantium berhasil ditemukan.
Namun, penemuan ini justru membuat Erdogan frustasi. Ia mengeluh penemuan yang ternyata pot tanah liat itu dianggap lebih penting daripada kemaslahatan warga. Walikota Istanbul, Kadir Topbas pun setuju jalur ini sangat berguna bagi warga, khususnya kota itu.
Bayangkan, menurut dia, setiap harui dua juta orang menyeberangi Jembatan Bosphorus sehingga menimbulkan kemacetan. Sedangkan bagi Kahraman proyek ini penting karena mengurangi polusi di kota itu.