REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kearifan Pangan lokal masyarakat daerah atas pangan semakin luntur. Kondisi ini mengkhawatirkan, khususnya ketergantungan atas beras yang tinggi membuat pasokan dalam negeri tidak bisa mengimbanginya.
"Kita perlu meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk keanekaragaman pangan. Kesadarannya masih perlu ditingkatkan. Khususnta untuk kearifan lokal kembali dihidupkan lagi," kata Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan, di lokasi Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-33 di Kota Padang, Sumatra Barat, Rabu (30/10).
Dikatakannya, selama ini terjadi monokultur beras untuk pangan. Dulu, katanya, ada kearifan pangan lokal di Papua dan Nusa Tenggara Barat (NTB), seperti jagung dan sagu. Sekarang malah mereka beralih ke beras dan makan nasi.
Karena tingginya ketergantungan terhadap beras, maka harus diimbangi dengan produksinya, kata Rusman. Kebutuhan dan produksi di tahun-tahun ini masih bisa seimbang. "Tapi, kalau penduduk terus berkembang, kelas menengah meningkat, dan kebutuhan bertambah, dikhawatirkan pasokan tak bisa mengimbangi."
Karena itulah, lanjutnya, dengan peringatan HPS ke-33 ini diharapkan meningkatkan kewaspadaan semua pihak untuk mengembangkan kebutuhan karbohidrat dari sumber lain.
"Negara ini bisa menjadi instabilitas kalau pangannya tak dicukupi. Kita berusaha mengingatkan hal ini," tegasnya.