Rabu 30 Oct 2013 19:20 WIB

Media Massa Harus Jadi Panutan dalam Berbahasa

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Hazliansyah
Sejumlah siswa mengikuti Ujian Nasional (UN) mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Balimester 01, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/5).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah siswa mengikuti Ujian Nasional (UN) mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Balimester 01, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai salah satu medium komunikasi, media massa memiliki sejumlah fungsi. Diantaranya adalah fungsi pendidikan, yakni dengan memperkenalkan istilah-istilah baru bagi pembaca, pendengar, atau pemirsanya.

Meski demikian, belakangan ini kecenderungan itu mulai berubah. Media justru banyak mengutip istilah yang sedang menjadi tren di masyarakat. Kebiasaan dan budaya di tengah masyarakat justru berpengaruh pada bahasa media.

"Misalnya ngabuburit. Itu asalnya dari bahasa daerah. Tapi sekarang sudah menjadi kata yang lazim dipakai di media," ujar wartawan senior Republika, Andi Nur Aminah, saat menjadi pembicara dalam Kongres Bahasa Indonesia ke 10 di Hotel Grand Sahid Jakarta, Rabu (30/10).

Menurut Ina, begitu ia biasa disapa, penggunaan bahasa di media massa juga sangat dipengaruhi oleh narasumber yang menjadi sumber informasi. Terkadang, kata dia, masih ada pejabat publik atau orang ternama yang menggunakan istilah asing yang bisa menimbulkan salah tafsir.

Contohnya saja penyanyi Syahrini yang menggunakan istilah "go Asianel" untuk menggambarkan artis yang sukses melebarkan sayapnya ke pasar Asia.

"Ini menjadi masalah di media. Apakah media harus mengutip mentah-mentah atau tidak," kata dia yang sudah menjalani profesi wartawan selama 17 tahun ini.

Ina berpendapat, media massa sebagai pengendali bahasa sebisa mungkin harus meminimalkan penggunaan istilah asing. Menurut dia, banyak istilah asing di media massa yang sebenarnya bisa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Seperti weekend, tryout, car free day, contra flow dan busway.

"Kalau media terus memunculkan istilah itu, lama-lama akan jadi kebiasaan di khalayak," tambahnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement