REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati pendidikan Anies Baswedan mengatakan saat ini pendidikan di Indonesia mengalami krisis keteladanan. Hal tersebut diungkapkannya pada Simposium Pendidikan Nasional 'Pendidikan Berkeadilan' Dompet Dhuafa di Aula Terapung UI Depok Rabu (30/10).
Menurut Anies pendidikan pertama seorang anak adalah di rumah. Keluarga, kata dia, merupakan pendidik terpenting dan utama seseorang di rumah. "Yang harus memberikan keteladan utama adalah orangtua," katanya.
Lebih lanjut Anies mengungkapkan saat ini tidak semua masyarakat Indonesia mengakses pendidikan.
Dari 5,6 juta siswa yang masuk SD kelas 1, ungkapnya, hanya 2,3 juta saja yang lulus hingga kelas 3 SMA.
"Dan yang masuk universitas hanya 1,1 juta. Artinya yang hilang dijalan dari SD-SMA ada 3,3 juta per angkatan. Kalau dikalikan 10 tahun, maka ada 33 juta penduduk Indonesia yang tidak mengenyam pendidikan tinggi," kata dia.
Padahal, menurut Anies, pendidikan tinggi sangat penting. Pendidikan tinggi, kata dia, merupakan penyuplai masyarakat kelas menengah. "Kalau seperti ini terus apakah pendidikan kita telah berkeadilan?" ujarnya.
Anies juga mengungkapkan saat ini jumlah bangunan sekolah SD ada 170 ribu, bangunan SMP 39 ribu, dan bangunan SMA 26 ibu. Jumlah tersebut, nilainya, masih belum memadai.
"Kita tidak berniat memberikan pendidikan terbaik dengan jumlah sekolah yang sedikit seperti itu," kata Rektor Universitas Paramadina tersebut.
Namun, ia melanjutkan, untuk pemerataan pendidikan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau meratapi mengapa jumlah sekolah yang sedikit, tapi perlu untuk berbuat sesuatu untuk memajukan pendidikan Indonesia agar pendidikan berkeadilan dapat terwujud.
"Kalau bicara keadilan pendidikan maka semua harus bisa mendapatkan akses pendidikan," katanya.