REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Warga usia produktif antara 15 hingga 44 tahun di Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang menyandang buta aksara saat ini tinggal sekitar 6.000 jiwa dari jumlah penduduk yang hampir mencapai 3 juta jiwa tersebut.
Bupati Malang, Rendra Kresna di Malang, Sabtu (2/11), mengatakan jumlah tersebut menyusut drastis jika dibandingkan dengan tahun 2001 yang mencapai 86 ribu jiwa. "Selain sekitar 6.000 jiwa usia produktif yang masih menyandang buta aksara, memang masih ada warga usia di atas 59 tahun yang belum terentaskan dari buta aksara," katanya.
Menurut Rendra, meski mereka tidak bisa membaca dan menulis latin, mereka rata-rata bisa baca tulis huruf Arab, bahkan mengaji dengan fasih, sehingga mereka tidak benar-benar buta aksara. Ia mengakui anggaran yang dikucurkan untuk pengentasan buta aksara tersebut cukup besar, yakni Rp 2,5 miliar dari APBD tahun 2013 dan pemerintah pusat.
Anggaran sebesar itu, lanjutnya, digunakan untuk keaksaran dasar dan lanjutan. Untuk program dasar pembelajaran baca tulis dan berhitung (calistung) selama 114 jam pelajaran.
Sementara untuk program lanjutan, yakni calistung yang ditambah dengan keterampilan membutuhkan waktu sebanyak 96 jam. "Program ini juga mengar ahkan warga untuk belajar di taman-taman bacaan terdekat atau di pos pe layanan terpadu (posyandu) lanjut usia (lansia)," katanya menambahkan.
Bagi puluhan ribu warga Kabupaten Malang yang sudah terentaskan dari buta aksara tersebut juga telah mengantongi surat keterangan melek aksara (Sukma). Selain melalui program Dinas Pendidikan (Diknas), pengentasan buta aksara di Malang juga menggandeng sejumlah organisasai (lembaga) diluar pemerintahan, seperti Fatayat, Persit Kartika Candra Kirana, muslimat maupun sanggar kegiatan belajar (SKB).