Sabtu 02 Nov 2013 10:20 WIB

Indonesia Masih Impor Aspal

   Sejumlah pekerja melakukan pengaspalan bagian atas jalan dengan menggunakan hotmix di jalur Pantura (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Sejumlah pekerja melakukan pengaspalan bagian atas jalan dengan menggunakan hotmix di jalur Pantura (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar kebutuhan aspal untuk konstruksi infrastruktur di Indonesia masih harus diimpor sehingga dibutuhkan beragam upaya untuk meningkatkan produksi aspal dari lokasi dalam negeri.

"Kebutuhan aspal lima tahun terakhir sekitar 1,2 juta ton per tahun dan akan semakin meningkat di masa mendatang," kata Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (2/11).

Menurut Hermanto, mengingat produksi aspal dalam negeri hanya sekitar 400 ribu ton per tahun, maka Indonesia harus mengimpor sisa kebutuhan dari luar negeri. Untuk itu, ujar dia, pemerintah mendukung sejumlah usaha dalam membuat aspal lebih mudah didapat, ekonomis, dengan kualitas yang lebih baik.

Hal tersebut, lanjutnya, didukung dengan pengembangan teknologi untuk mencapai keberlanjutan dalam pembangunan jalan di Indonesia. Ia juga mengemukakan, beberapa persoalan terkait aspal yang terdapat di Indonesia adalah permasalahan kualitas dan kelangkaan aspal yang mengakibatkan terhambatnya penyelesaian proyek jalan, serta harga yang tidak menentu.

Sebelumnya, pengusaha aspal meminta pemerintah melakukan penyesuaian harga aspal terhadap kontrak saat ini, baik kontrak tahun jamak maupun tahun tunggal. Penyesuaikan harga terhadap kontrak tersebut disebabkan naiknya harga bahan material kontruksi, menyusul menguatnya dolar terhadap rupiah sejak dua bulan terakhir, kata Ketua Bidang Organisasi DPP Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI), Hartono, di Padang, kemarin.

Akibat penguatan dolar, menyebabkan rata-rata kerugian kami mencapai sekitar 18 persen hingga 21 persen, akibat seluruh bahan material kontruksi naik, "Padahal banyak pengusaha mengalami kerugian karena bekerja dengan belanja aspal lebih mahal dari perkiraan," jelas Hartono.

Sebagaimana diberitakan, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) meminta dukungan kemudahan dari pemerintah sebagai dampak melemahnya rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat yang terjadi akhir-akhir ini.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اِذْ اَنْتُمْ بِالْعُدْوَةِ الدُّنْيَا وَهُمْ بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوٰى وَالرَّكْبُ اَسْفَلَ مِنْكُمْۗ وَلَوْ تَوَاعَدْتُّمْ لَاخْتَلَفْتُمْ فِى الْمِيْعٰدِۙ وَلٰكِنْ لِّيَقْضِيَ اللّٰهُ اَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا ەۙ لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْۢ بَيِّنَةٍ وَّيَحْيٰى مَنْ حَيَّ عَنْۢ بَيِّنَةٍۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَسَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ
(Yaitu) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada lebih rendah dari kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), niscaya kamu berbeda pendapat dalam menentukan (hari pertempuran itu), tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

(QS. Al-Anfal ayat 42)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement