REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Polres Madiun Kota, Jawa Timur, menyiagakan dua ribu personel untuk mengamankan 'Suroan' atau perayaan tahun baru Islam 1 Muharam yang akan digelar beberapa perguruan pencak silat di wilayah setempat.
Kapolres Madiun Kota AKBP Anom Wibowo, mengatakan, ribuan personel tersebut merupakan gabungan dari jajaran polres setempat, polres sekitar, Brimob, dan TNI. Polisi juga akan melibatkan korlap masing-masing perguruan silat saat acara tersebut berlangsung.
"Hasil rapat koordinasi akan diterjunkan sebayak dua ribuan personel gabungan dari TNI dan Polri. Jumlah tersebut kurang lebih sama dengan kegiatan serupa pada tahun kemarin," ujar AKBP Anom saat dihubungi, Sabtu (2/11).
Menurutnya, sesuai dengan rencana, pada 4 dan 5 November 2013 ada kegiatan ziarah atau nyekar ke makam sesepuh oleh salah satu perguruan pencak silat besar di Kota Madiun. Kegiatan tersebut rutin dilakukan setiap malam 1 Suro atau tahun baru Islam tanggal 1 Muharam.
Sepekan setelah itu, terdapat kegiatan Suran Agung yang dilakukan oleh salah satu perguruan pencak silat lainnya di Kota Madiun. Dua kegiatan tersebut melibatkan massa anggota perguruan pencak silat yang jumlahnya mencapai puluhan ribu dari wilayah Madiun dan sekitarnya.
Meski akan menurunkan kekuatan besar, pihak Polres Madiun Kota sudah mulai melakukan upaya pencegahan atau preventif dari kegiatan Suroan tersebut yang selama ini dinilai masyarakat identik dengan aksi rusuh pesilat.
Upaya preventif tersebut, di antaranya adalah memfasilitasi 12 perguruan pencak silat yang ada di Madiun untuk membentuk Paguyuban Pencak Silat Madiun dengan ketuanya adalah K.R.A.T. Tarmadji Boedi Harsono yang sekaligus merupakan Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate.
Tindak lanjut dari pembentukan Paguyuban Pencak Silat Madiun tersebut, para pesilat dan juga polisi telah melakukan kampanye berkendara aman atau safety riding pada Jumat (1/11).
Melalui kampanye tersebut, para pesilat ingin menunjukkan kepada masyarakat Kota Madiun menjadi teladan dalam berkendara aman yang mengutamakan keselamatan, ketertiban, dan kelancaran bagi seluruh pengguna jalan.
Para pesilat juga berusaha membuang stigma masyarakat yang menilai pesilat Madiun identik dengan kerusuhan dan konvoi kendaraan bermotor yang mengganggu ketertiban lalu lintas.
Artinya, lanjut Anom, saat Suroan atau Suran Agung nanti diharapkan tidak ada pesilat yang melanggar lalu lintas ataupun melakukan kriminalitas setelah dilakukannya kampaye safety riding oleh Paguyuban Pencak Silat Madiun tersebut.
"Kampung pesilat merupakan ikon Madiun, karena itu sudah saatnya potensi tersebut dijadikan ajang yang positif. Butuh dukungan semua pihak untuk memulai perubahan tersebut," katanya.