REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Kelompok Syiah dan Sunni telah setuju untuk gencatan senjata di sebuah kota Yaman utara tetapi akses untuk Palang Merah masih ditolak, kata para perwira militer dan pejabat-pejabat bantuan Sabtu (2/11).
Bentrokan yang menewaskan sedikitnya 11 orang berakhir pada pukul 17.00 waktu setempat (14.00 GMT) pada Jumat, kata pejabat itu menurut situs berita kementerian pertahanan 26sep.net. Tentara telah dikerahkan di wilayah yang dievakuasi oleh kedua belah pihak, katanya menambahkan.
Pertempuran dengan mortir dan serangan roket telah terkonsentrasi di Masjid Mazraa dan sekolah Alquran yang diselenggarakan oleh para Islamis di Desa Dammaj di Provinsi Saada dan dikelilingi oleh gerilyawan Zaidi, yang juga dikenal sebagai Huthi.
Namun Komite Internasional Palang Merah mengatakan Sabtu bahwa timnya masih ditolak aksesnya ke Dammaj. "Kami menyesalkan kurangnya akses ke Dammaj, di mana jumlah orang terluka yang membutuhkan evakuasi meningkat," kata Cedric Schweizer, direktur ICRC di Sanaa, seperti dilansir dari AFP, Ahad (3/11).
"Kami sangat prihatin tentang orang-orang yang membutuhkan bantuan darurat. Kami menghimbau untuk menghentikan kekerasan dan untuk segera dan tanpa syarat memberikan akses, sehingga kita bisa mengevakuasi korban luka dan memberikan bantuan medis yang sangat dibutuhkan," kata Schweizer dalam sebuah pernyataan.
Sumber-sumber suku menyebutkan korban tewas sedikitnya 11 orang, tetapi Sunni mengatakan jumlah di pihak mereka yang tewas dalam bentrokan jauh lebih tinggi. Pada Jumat, ICRC mendesak gencatan senjata segera untuk memungkinkan ambulans ke daerah itu. "Setiap saat kami menunggu untuk masuk ke Dammaj dan daerah sekitarnya yang kehilangan potensi kehidupan," kata Schweizer.
Dammaj, di mana sekolah da'i Sunni telah beroperasi sejak tahun 1980-an, telah menjadi tempat bentrokan yang sering terjadi antara kelompok Sunni dan kelompok Huthi, yang berkubu di Saada. Ribuan warga Sunni Salafi Islam berdemonstrasi di Sanaa pada Sabtu memberikan dukungan kepada saudara seagama.