REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh, Sabtu (2/11), mengatakan Irak telah memperoleh banyak keuntungan dari sanksi Barat atas industri minyak Iran dalam beberapa tahun belakangan, kata kantor berita setengah resmi Mehr.
Irak telah melaksanakan beberapa proyek untuk mengembangkan ladang minyaknya, membuat prasarana di Pelabuhan Basrah di Teluk dan pipa saluran untuk mengangkut minyak melalui Turki serta Jordania, kata Zanganeh.
Oleh karena itu, ia menambahkan, ekspor minyak telah naik jadi 2,3 juta barel per hari (bpd). Di tengah sanksi lebih berat Barat atas eksport minyak Iran pada 2011, sejumlah negara yang kaya akan minyak di wilayah tersebut, termasuk Arab Saudi, berjanji akan meningkatkan eksport minyak mereka untuk menutup kekurangan yang mungkin terjadi di pasar energi.
Media melaporkan ekspor minyak Irak telah meningkat tajam sejak itu. Sebagai reaksi akan sanksi Barat, Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz, yang strategis, "kalau kepentingan Negara Persia itu terancam".
Menurut laporan media, sanksi Barat telah mengurangi eksport minyak Iran sebanyak separuhnya dari sebanyak 2,2 juta bpd pada 2011, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad.
Zanganeh mengakui babak sanksi yang diberlakukan atas Iran oleh Amerika Serikat dan sekutu Baratnya dalam beberapa tahun belakangan tak dapat dicabut dalam satu malam. Namun ia menjanjikan rencana darurat guna membantu meningkatkan penjualan minyak. Sebelumnya, menteri baru perminyakan Iran mengatakan produksi minyak negaranya harus melebihi empat juta barel per hari guna menanggulangi sanksi Barat.