REPUBLIKA.CO.ID, Mu’adzah binti ‘Abdillah al-’Adawiyyah dikenal juga sebagai Ummu Shahba. Dia adalah salah seorang wanita yang berasal dari kota Basrah.
Mu'adzah merupakan tabi'in yang lahir dalam keluarga yang sangat taat pada Allah SWT. Dia pun menjadi seorang istri yang selalu berada dalam kebajikan dan dicintai.
Muadzah memikiki suami bernama Shikah bin Azhim yang juga zuhud dalam beribadah. Kebahagiaan rumah tangganya terasa lengkap dengan memikiki anak-anak yang berbakti.
Dalam menjalani kehidupannya dia tidak pernah silau oleh kehidupan dunia. Baginya kehidupan sejati hanya ketika di akhirat kelak.
Wanita shalihah ini tidak pernah sekalipun meninggalkan dzikir, shalat malam, dan membaca Alquran di setiap malam. Dia selalu berlinangan air mata saat meminta ampunan pada Maha penciptanya.
Kesaksian bagaimana kehidupan Mu'adzah diceritakan oleh Imam adz-Dzahabi terhadapnya, beliau berkata: “Telah sampai kepadaku kabar tentang Mu’adzah , bahwa dia senantiasa menghidupkan malamnya dan berkata, “Aku heran dengan mata yang bisa terpejam di malam hari padahal ia tahu betapa lamanya tidur di alam kubur”.
Begitu juga menurut Al-Hakam bin Sinan al-Bahili pernah bercerita bahwa salah seorang wanita yang pernah menjadi pelayan Mu’adzah berkata: “Mu’adzah menghidupkan malamnya dengan sholat, jika rasa kantuk membuatnya tertidur, maka ia segera beranjak dan mondar-mandir di dalam rumah sambil berkata: “Wahai diriku, (lihatlah) rasa kantuk menghampirimu, jika kamu kalah dan tertidur, niscaya tidurmu di kubur akan sangat panjang, entah kesedihan atau kebahagiaan (yang akan kamu rasakan nanti)”. Menurut pengakuan si pelayannya: “Begitulah yang ia (Mu’adzah) lakukan hingga pagi hari”.
Mu’adzah adalah sosok wanita yang patut dijadikan panutan, sosok yang bisa membuat malu setiap Muslim dan Muslimah yang masih suka bermalas-malasan dan merasa lemah untuk bangun di keheningan malam.
Muadzah selalu mengatakan datangnya setiap waktu seakan-akan telah dekat kematian kepadanya. Sehingga dia tidak pernah tidur hanya untuk beribadah.
Muhammad bin Fudhoil pernah berkata: ” Ayahku pernah bercerita kepadaku, dia berkata: “Jika datang waktu siang, Mu’adzah berkata, “Inilah hari dimana aku akan meninggal, maka ia tidak tidur hingga sore”. Jika malam hari telah tiba, ia berkata (lagi), “Inilah malam dimana aku akan meninggal”. Maka, ia tidak tidur hingga pagi. Jika dia merasa dingin (di malam hari), ia mengenakan baju yang berbahan tipis hingga rasa dingin tersebut tidak membuatnya tidur.”
Selain beribadah dia juga giat menambah ilmu. Dia sempat menimba ilmu dari istri Rasulullah Aisyah, Ali bin Abi Thalib, dari Hisyam bin Amir dan Ummu Amr binti ‘Abdillah bin Zubair.
Beberapa Ulama terkenal dari kalangan Tabi’in sempat berguru kepada Mu’adzah. Sebut saja, seperti Abu Qilabah, Qatadah, Ayyub as-Sakhtiyani, Ashim al-Ahwal, Sulaiman bin ‘Abdillah al-Bashri dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kesabaran Muadzah terlihat saat Allah mengujinya dengan kematian suami dan anak-anaknya yang sangat dicintai dalam satu waktu sekaligus ketika mereka berperang melawan musuh-musuh Allah. Wanita mulia ini begitu tabah menghadapi musibah tersebut.
Dia juga tidak pernah sedih berlarut-larut. Bahkan ia berkata: ” Demi Allah, tidaklah saya suka tinggal lama di dunia hanya untuk menikmati keindahan hidup dan angin sepoi-sepoi di dalamnya, akan tetapi saya suka tinggal di dunia ini untuk mencari cara agar saya bisa dekat dengan Rabb saya. Semoga Allah mengumpulkanku dengan Abu Shahba beserta anak-anaknya di surga”.
Ketika orang-orang datang berta’ziah, Mu’adzah justru berkata: “Jika kalian datang untuk mengucapkan selamat, maka aku akan sambut kalian. Akan tetapi, jika kalian datang untuk tujuan lain, maka silahkan kembali ke rumah kalian”.
Wanita teladan ini meninggal pada 83 Hijriah.