Ahad 03 Nov 2013 14:21 WIB

Harga Beras Masih Tinggi

Rep: Lilis Handayani/ Red: Djibril Muhammad
Pekerja menata karung-karung beras untuk rakyat miskin (raskin) di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Kelapa Gading, Jakarta.
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Pekerja menata karung-karung beras untuk rakyat miskin (raskin) di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Kelapa Gading, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Memasuki awal musim tanam rendeng 2013/2014, harga beras di pasar tradisional, masih tinggi. Fluktuasi harga beras pun tidak dapat diperkirakan dengan pasti.

 

Berdasarkan pantauan Republika di Pasar Baru Indramayu, Ahad (4/11), harga beras kualitas I saat ini mencapai Rp 9.000 per kg. Sedangkan untuk beras kualitas II, seharga Rp 8.500 per kg, dan harga beras kualitas III Rp 8.000 per kg.

 

"Kenaikan harga beras terjadi secara bertahap sejak September lalu," ujar pemilik kios beras Alaydroes II, Wahyudi.

 

Wahyudi mengatakan, tingginya harga beras terjadi akibat mahalnya harga gabah di tingkat petani. Apalagi, saat ini stok gabah di tingkat petani pun sudah semakin berkurang.

 

Menurut Wahyudi, sejak musim panen gadu 2013 berakhir, para petani memilih tidak melepas semua gabahnya. Mereka memilih menyimpan sebagian hasil panennya sebagai antisipasi untuk menghadapi musim paceklik.

 

Wahyudi menjelaskan, biasanya kenaikan harga beras akan terus terjadi hingga datangnya musim panen rendeng. Namun, saat ini fluktuasi harga beras sulit diprediksi. Pasalnya, harga beras dipengaruhi juga oleh harga beras di Pasar Induk Jakarta.

 

Wahyudi mengungkapkan, jika pasokan beras di Pasar Induk Jakarta sedang berlimpah, maka akan berdampak pada turunnya harga beras di pasar Indramayu. Pasalnya, pada bandar beras di Indramayu biasanya akan menjual berasnya di pasar Indramayu.

 

Wahyudi menambahkan, meski harga beras mahal, namun penjualan kepada konsumen masih tetap normal. Yakni rata-rata satu ton per hari. Hal itu dikarenakan beras merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat.

 

"Ya paling mereka mengeluh, setelah mengetahui harga beras naik lagi," tutur Wahyudi.

 

Salah seorang ibu rumah tangga asal Kelurahan Margadadi, Kecamatan/ Kabupaten Indramayu, Nining, mengaku keberatan dengan tingginya harga beras. Sebab, tingginya harga beras membuat pengeluarannya menjadi bertambah besar.

 

"Padahal penghasilan suami saya sebagai sopir angkot tidak berubah," keluh Nining.

 

Namun, Nining mengaku terpaksa tetap membeli beras karena itu merupakan makanan pokok sehari-hari. Untuk menghemat anggarannya, dia memilih kualitas beras yang rendah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement