Ahad 03 Nov 2013 18:28 WIB

Harga Beras Masih Tinggi

Rep: lilis/ Red: Damanhuri Zuhri
Beras, ilustrasi
Beras, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Memasuki awal musim tanam 2013/2014, harga beras di pasar tradisional, masih tinggi. Fluktuasi harga beras pun tidak dapat diperkirakan dengan pasti.

Berdasarkan pantauan Republika di Pasar Baru Indramayu, Ahad (4/11), harga beras kualitas I saat ini mencapai Rp 9.000 per kg. Sedangkan untuk beras kualitas II, seharga Rp 8.500 per kg, dan harga beras kualitas III Rp 8.000 per kg.

‘’Kenaikan harga beras terjadi secara bertahap sejak September lalu,’’ ujar pemilik kios kios beras Alaydroes II, Wahyudi.

Wahyudi mengatakan, tingginya harga beras terjadi akibat mahalnya harga gabah di tingkat petani. Apalagi, saat ini stok gabah di tingkat petani pun sudah semakin berkurang.

Menurut Wahyudi, sejak musim panen gadu 2013 berakhir, para petani memilih tidak melepas semua gabahnya. Mereka memilih menyimpan sebagian hasil panennya sebagai antisipasi untuk menghadapi musim paceklik.

Ia menjelaskan, biasanya kenaikan harga beras akan terus terjadi hingga datangnya musim panen. Namun, saat ini fluktuasi harga beras sulit diprediksi. Pasalnya, harga beras dipengaruhi juga oleh harga beras di Pasar Induk Jakarta.

Jika pasokan beras di Pasar Induk Jakarta sedang berlimpah, kata dia, akan berdampak pada turunnya harga beras di pasar Indramayu. Para bandar beras di Indramayu biasanya menjual berasnya di pasar Indramayu.

Wahyudi menambahkan, meski harga beras mahal, namun penjualan kepada konsumen masih tetap normal. Yakni rata-rata satu ton per hari.

Hal itu dikarenakan beras merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. ‘’Ya, paling mereka mengeluh, setelah mengetahui harga beras naik lagi,’’ tutur Wahyudi.

Seorang ibu rumah tangga asal Kelurahan Margadadi, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Nining, mengaku keberatan dengan tingginya harga beras.

Tingginya harga beras membuat pengeluarannya menjadi bertambah besar. ‘’Padahal penghasilan suami saya sebagai sopir angkot tidak berubah,’’ keluh Nining.

Nining mengaku terpaksa tetap membeli beras karena itu merupakan makanan pokok sehari-hari. Untuk menghemat anggarannya, dia memilih kualitas beras yang rendah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement