Senin 04 Nov 2013 23:35 WIB

Snowden: Program Spionase Ancam Kebebasan Berekspresi

Anggota parlemen dari Jerman, Hans Christian Strobele (kanan) sengaja bertemu dengan Edward Snowden (kiri) untuk menanyakan kegiatan spionase Amerika Serikat
Foto: the guardian
Anggota parlemen dari Jerman, Hans Christian Strobele (kanan) sengaja bertemu dengan Edward Snowden (kiri) untuk menanyakan kegiatan spionase Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pembocor data intelijen Amerika Serikat, Edward Snowden mengatakan, program pengawasan massal dinas rahasia mengancam kebebasan berekspresi dan masyarakat terbuka.

Pernyataan itu disampaikannya dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh majalah berita Jerman, Der Spiegel, Ahad (3/11).

Snowden, yang menghadapi tuntutan pidana di Amerika Serikat karena membocorkan dokumen rahasia tentang kegiatan Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat, mengatakan aksi pengawasan sistematis adalah masalah global yang membutuhkan solusi global.

"Program-program tersebut tidak hanya ancaman terhadap privasi, mereka juga mengancam kebebasan berekspresi dan masyarakat terbuka," tulisnya dalam artikel yang muncul dalam bahasa Jerman di majalah mingguan Der Spiegel.

"Keberadaan teknologi spionase tidak seharus menentukan politik," katanya, seraya menambahkan ada kewajiban moral untuk memastikan jika hukum dan nilai-nilai membatasi program pengawasan dan melindungi hak asasi manusia.

Tulisan yang diberi judul "Sebuah manifesto untuk kebenaran" itu, menurut Der Spiegel tersebut ditulis oleh mantan kontraktor NSA itu pada tanggal 1 November di Moskow dan dikirim ke kantor Spiegel melalui saluran terenkripsi.

Laporan-laporan media yang didasarkan pada pengungkapan Snowden tentang pengawasan luas Amerika Serikat - termasuk penyadapan pada hampir tiga lusin pemimpin asing - telah membuat tegang hubungan Washington dengan sekutu kuncinya. "Siapa pun yang mengatakan kebenaran tidak melakukan kejahatan," tulis Snowden.

Dia juga mengatakan bahwa pada mulanya beberapa pemerintahan yang, katanya, merasa "dibuka kedoknya" oleh pengungkapan aksi mata-mata itu telah memulai "sebuah aksi kampanye yang belum pernah terjadi sebelumnya" dalam upaya untuk meredam perdebatan. Tapi, katanya ,debat sekarang terjadi di seluruh dunia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement