REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah era Orde Baru Adi Sasono mengatakan Indonesia bisa menjadi basis kebangkitan Islam di dunia.
Hal itu disampaikannya dalam Dialog Interaktif bersama International Lecturer Dato' Seri Anwar Ibrahim di Jakarta, Selasa (5/11) dengan tema Peradaban Islam dalam Konteks Integrasi Asia Tenggara. Kondisi Indonesia yang relatif damai dan tidak ada perang dan ditambah sumber daya insani yang kuat dan berkembang menjadi faktor yang mendukung.
"Kita punya keuntungan karena jumlah usia produktif kita 50 persen dari penduduk. Pada 2020 jumlahnya akan mencapai 70 persen. Jadi semua potensi untuk menjadi negara yang besar ada di negeri kita," ujarnya saat ditemui usai acara.
Dia berharap akan tumbuh pemimpin yang bisa menegakkan keadilan. Untuk itu perlu adanya persatuan. Iklim berpendapat yang bebas di Indonesia memungkinkan untuk itu.
Umat Islam juga perlu memperhatikan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) dimana nantinya tidak akan ada lagi batas di antara negara-negara ASEAN. Umat Islam Indonesia menyumbang 35 persen dari jumlah penduduk AEC. Ketetapan tersebut bukan hanya akan berdampak pada ekonomi, tapi juga menjadi tantangan peradaban bagi umat Islam.
Pemimpin oposisi Malaysia Dato' Seri Anwar Ibrahim juga menilai Indonesia harus lebih berperan sebab budaya dan lingkungan yang jauh lebih tenteram. Menurutnya, harus ada suara yang jelas di kalangan ulama dan pikiran politik untuk mempertahankan garis sederhana yang mampu mengangkat umat. Ia menambahkan, umat Islam sekarang ini kehilangan arah, buntu dan sukar menentukan arah tujuannya.
"Saya lebih menekankan Indonesia karena masih mampu melaksanakan wacana dengan bebas, sistemnya masih demokratis, mau bicara apa saja mungkin. Ini saya sampaikan sendiri kepada Presiden SBY supaya lebih memainkan peranan," ujar mantan wakil perdana menteri Malaysia tersebut.
Saat ditanya bagaimana konkritnya, ia mencontohkan soal Islamophobia. Media, terutama Barat kerap menyerang Islam dengan kasar. Ia berharap umat Islam lebih tengan dan sederhana menghadapinya.
"Dan itu mampu dilakukan oleh teman-teman di Indonesia. Ini harus diatasi dengan langkah politik yang jelas serta kesediaan golongan muda sehingga mampu menentukan tata kelola Islam yang baik ," katanya.