Selasa 05 Nov 2013 22:00 WIB

Keutamaan Puasa Asyura

Red: A.Syalaby Ichsan
 Warga Pekayon Bekasi berkeliling kota saat pawai menyambut Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1435 di Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/11) malam.  ( Republika/ Tahta Aidilla)
Warga Pekayon Bekasi berkeliling kota saat pawai menyambut Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1435 di Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/11) malam. ( Republika/ Tahta Aidilla)

Oleh Nashih Nasrullah REPUBLIKA.CO.ID, Aisyah mengisahkan, seperti diriwayatkan Bukhari Muslim, hari Asyura adalah hari kesepuluh dari Muharam. Pada hari ini, konon Suku Quraisy telah berpuasa.

Demikian juga, Rasulullah di masa Jahiliah. Ini berlangsung hingga Rasul pindah ke Madinah. Karenanya, puasa Asyura pada masa pertama setelah hijrah masih berlaku wajib. Ini seperti tertuang di hadis Salamah bin al- Akwa’.

Status wajib ini beralih, setelah perintah puasa Ramadhan turun pada tahun kedua Hijriah. Dengan demikian, kewajiban Ramadhan telah menghapus kewajiban puasa Asyura yang hanya dihukumi sunah. Meskipun sunah, keutamaannya tak boleh dilupakan. Abu Hurairah menukil sebuah riwayat tentang keistimewaan puasa Asyura.

Dijelaskan bahwa puasa yang lebih utama setelah Ramadhan ialah puasa di bulan Muharam. Dan, shalat yang lebih utama derajatnya setelah shalat wajib ialah shalat tahajud. Imam Nawawi menjelaskan, mengapa Rasul lebih tampak berpuasa Sya’ban dibandingkan Muharam.