Rabu 06 Nov 2013 07:38 WIB

Permukiman Yahudi Meluas, Palestina Marah Besar kepada Israel

Wilayah Palestina kian menciut dan terus menciut. Yerusalem timur yang diharapkan menjadi ibu kota Palestina, kini kian dikepung dengan permukiman Yahudi. (peta)
Foto: news.bbc.co.uk
Wilayah Palestina kian menciut dan terus menciut. Yerusalem timur yang diharapkan menjadi ibu kota Palestina, kini kian dikepung dengan permukiman Yahudi. (peta)

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Orang-orang Palestina tidak dapat melanjutkan pembicaraan perdamaian dengan Israel jika permukiman Yahudi di wilayah pendudukan Tepi Barat terus berkembang, kata seorang pejabat senior Palestina kepada AFP, Selasa.

"Pihak Israel bertekad untuk melanjutkan permukimannya dan kita tidak bisa melanjutkan perundingan di bawah serangan-serangan permukiman yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya dengan syarat tak disebutkan jatidirinya setelah pertemuan sengit antara para perunding Israel dan Palestina.

"Pembicaraan-pembicaraan Palestina-Israel rusak selama sesi Selasa malam," kata pejabat itu, saat Menteri Luar Negeri AS John Kerry tiba di Yerusalem untuk mencoba menghidupkan kembali proses perdamaian yang rapuh.

Kerry Rabu dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem dan Presiden Palestina Mahmud Abbas di kota Tepi Barat Betlehem.

Meskipun hampir 20 pertemuan antara kedua pihak selama tiga bulan terakhir, namun para pejabat Palestina dan media Israel memperingatkan bahwa perundingan bisa berakhir gagal kecuali Kerry mengintervensi untuk membawa mereka kembali ke jalur.

Perundingan perdamaian dilanjutkan kembali pada akhir Juli setelah pembekuan tiga tahun, setelah rincian negosiasi sebelumnya atas masalah pemukiman.

Putaran terbaru diplomasi AS menemukan Palestina sekali lagi marah atas berkembangnya pembangunan permukiman Israel, dan mengeluh kurangnya kejelasan Israel di mana perbatasan antara mereka harus dijalankan.

Palestina bersikeras perbatasan harus didasarkan pada garis-garis yang ada sebelum Perang Enam Hari tahun 1967, saat Israel merebut Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Jerusalem timur Arab.

Tetapi Netanyahu menolak setiap kembali ke garis perbatasan 1967 "dipertahankan", dan mengatakan pihaknya tidak akan memperhitungkan "perubahan demografis di lapangan" - eufemisme yang jelas untuk permukiman orang-orang Yahudi.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement