REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis memperingatkan Iran, Selasa (5/11), bahwa pembicaraan mengenai program nuklir Iran tidak bisa berlangsung selamanya. Hal ini disampaikan menjelang putaran baru pembicaraan dengan negara-negara besar dalam masalah ini.
Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, menurut laporan AFP yang dikutip Rabu (6/11), mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif selama pertemuannya di Paris. "Perlu bagi Iran untuk menanggapi secara konkret, ditambah dengan keprihatinan masyarakat internasional bahwa waktu untuk pembicaraan itu tidak tak terbatas."
Pertemuan antara keduanya berlangsung sebelum Zarif melakukan perjalanan ke Jenewa untuk perundingan babak baru dengan apa yang disebut kelompok P5+1, Amerika Serikat, Rusia, Cina, Prancis, Inggris, dan Jerman.
Pembicaraan itu selama dua hari, mulai Kamis akan menjadi putaran kedua sejak pemilihan Presiden Iran Hassan Rohani, seorang tokoh moderat terkenal. Sementara itu, kedua menteri juga membahas krisis Suriah, dengan Fabius bersikeras bahwa setiap pembicaraan damai harus mengarah pada pembentukan pemerintahan transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh, termasuk presiden.
Pertemuan pada Selasa di Jenewa itu gagal menetapkan tanggal konferensi yang diusulkan untuk perdamaian Suriah, meskipun Utusan Khusus PBB-Liga Arab, Lakhdar Brahimi, mengatakan dia berharap bahwa pertemuan itu akan berlangsung sebelum akhir tahun.
Keikutsertaan Iran dalam pembicaraan adalah kontroversial, dengan Rusia bersikeras bahwa Teheran harus menjadi bagian dari perundingan perdamaian sementara kekuatan Barat bersikap skeptis atas hal itu.