REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Warga yang berada di wilayah risiko tinggi bencana Gunung Merapi di Sleman dinilai masih membutuhkan penampungan pengungsian, terutama untuk ternak mereka.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana BPBD Sleman, Heru Saptono, mengatakan penampungan khusus tersebut dibutuhkan mengingat warga masih enggan mengungsi jika ternak tidak ikut serta. Hal itu pernah terjadi pada saat erupsi Merapi tiga tahun lalu.
"Dulu pengungsi menunggu ternak sehingga banyak korban bersama sapinya," ujar Heru, kemarin. Lokasi penampungan ternak rencananya akan ditentukan berdasarkan kesepakatan warga. Hal itu termasuk jalur evakuasi ternak.
"Kami meminta warga untuk berembug dimana nanti akan meletakkan ternaknya," ujar Heru. Warga juga akan diminta menyepakati lokasi evakuasi yang memungkinkan digunakan. Heru mengakui barak yang saat ini ada tidak mencukupi untuk menampung semua warga. "Sudah ada sampai 300 barak, tapi itu tidak cukup," tegasnya.
Heru mengatakan ada 17 kecamatan yang berisiko mendapat dampak dari bencana Gunung Merapi. Dari 17 kecamatan tersebut, BPBD mengidentifikasi 47 dusun rawan bencana. Sebanyak 22 dusun masuk dalam kategori risiko tinggi.
Pascaerupsi Merapi, wilayah Kabupaten Sleman masih harus mengantisipasi bencana susulan seperti banjir lahar dingin. Heru mengaku pihaknya sudah memberi informasi terbaru kepada warga terkait risiko bencana. "Kami juga menginisiasi kelompok rentan seperti lansia untuk mendapatkan informasi evakuasi," ujarnya.